Rupiah Melemah ke Rp 14.178/Dolar, Tertekan Sentimen Tapering Off Fed

Abdul Azis Said
25 Oktober 2021, 10:07
nilai tukar rupiah, dolar as, tapering off
ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta.

Selain itu, Fed juga berencana memulai tapering berupa pengurangan pembelian aset paling cepat pertengahan bulan November atau Desember. Bank sentral akan mengakhiri pembelian tersebut pertengahan tahun depan. Fed baru akan mengumumkan rencana ini pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) awal bulan depan.

Selain itu, Ariston juga menyebut sentimen pelemahan dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap lonjakan inflasi di sejumlah negara serta penanganan Covid-19 yang belum sepenuhnya turun.

"Tekanan tersebut bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi sehingga bisa menjadi pendorong pelemahan nilai tukar rupiah dan aset berisiko lainnya," kata Ariston.

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terbarunya kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 6,0% menjadi 5,9%. Sebagian besar proyeksi negara-negara dunia juga diturunkan, termasuk Indonesia yang berubah dari perkiraan akan tumbuh 3,9% menjadi 3,2%.

Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga memperkirakan sentimen tapering off dan laju inflasi dunia akan menekan nilai tukar. Rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 14.125-Rp 14.185 per dolar AS.

Meski demikian, perbaikan kondisi di dalam negeri akan menjadi sentimen yang menahan pelemahan. "Penguatan dipengaruh oleh kenaikan harga komoditas, penanganan pandemi yang terkendali serta ekspektasi perbaikan ekonomi pada kuartal IV 2021," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Surplus neraca dagang dalam dua bulan terakhir diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Sentimen kenaikan harga komoditas menjadi salah satu pemicu kenaikan nilai ekspor yang kemudian mendorong surplus.

Perbaikan di aktivitas perdagangan internasional tersebut diharap menjadi salah satu komponen yang akan mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal terakhir 2021.

Sementara sentimen krisis Evergrande yang tampaknya memasuki babak baru dinilai tidak akan banyak mempengaruhi rupiah. Evergrande melaporkan kembali melanjutkan sejumlah proyeknya setelah akhir pekan lalu melunasi tagihan pembayaran bunga obligasi luar negerinya sebesar US$ 83 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...