Mengenal Stagflasi, Fenomena Ekonomi yang Membayangi AS dan Tiongkok

Amelia Yesidora
11 November 2021, 19:25
stagflasi, inflasi, amerika serikat, pertumbuhan ekonomi
ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
Pada Oktober 2021, Amerika Serikat mencatat kenaikan inflasi tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Fenomena Panic Buying di Tiongkok

Pada pekan lalu, Kementerian Perdagangan Tiongkok secara tiba-tiba meminta pemerintah daerah setempat untuk mendorong masyarakat membeli makanan dan kebutuhan sehar-hari dalam skala besar. Peringatan itu didasarkan pada cuaca buruk, krisis energi, dan masih adanya pembatasan Covid-19 yang akan mengancam jumlah barang.

Peringatan yang tiba-tiba itu menimbulkan fenomena panic buying di supermarket dan toko online besutan Alibaba. Harga sayuran di negara itu telah naik sebesar 16% pada bulan Oktober lalu sebab curah hujan yang tinggi dan biaya transportasi yang meningkat.

Tiongkok telah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2021. Pertumbuhannya 7,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah dari prediksi pasar di 8,1% dan jauh lebih lamabt dari periode Januari sampai Maret yang sebesar 18,3%. 

KONGRES RAKYAT NASIONAL CHINA
Ilustrasi stagflasi Tiongkok. (ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/rwa.)

Asal Mula Istilah Stagflasi

Istilah stagflasi ini muncul pada 17 November 1965 ketika politisi Partai Konservatif Inggris, Iain MacLeod memberikan pidato di hadapan parlemen. Ia menjelaskan tentang keadan ekonomi Inggris pada masa itu. 

Istilah ini MacLeod ciptakan karena adanya inflasi dan stagnansi dalam perkembangan ekonomi Inggris yang terjadi secara bersamaan. “Kita sekarang mengalami dua kondisi terburuk di dunia. Tidak hanya inflasi di satu sisi atau stagnasi di sisi lain, tapi keduanya bersamaan. Kita sedang mengalami semacam kondisi “stagflasi”. Dan sejarah, dalam istilah modern, sedang dibuat,” kata MacLeod, dikutip dari Bank of England.

Istilah ini kemudian dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1970 ketika resesi terjadi bersamaan dengan krisis bahan bakar. Akibatnya, PDB Amerika Serikat mengalami pertumbuhan negatif selama lima kuartal berturut-turut.  

Bahaya Stagflasi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, stagflasi umumnya timbul ketika ekonomi tidak bertumbuh tapi terjadi lonjakan inflasi di saat bersamaan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan pengangguran.

Secara teoritis, lambatnya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang tinggi akan berpengaruh pada daya beli masyarakat. Apabila banyak masyarakat yang menganggur, maka daya beli masyarakat pun akan rendah. 

Karena inflasi terjadi, maka harga banyak barang akan ikut naik dengan suplai yang terbatas. Semakin lama, dengan keadaan yang terus-menerus seperti itu, uang yang dimiliki oleh masyarakat akan kehilangan nilainya.

Lebih parahnya lagi, Investopedia menulis, stagflasi bisa mengarah pada kenaikan indeks kesengsaraan (misery index) suatu negara. Pencipta istilah indeks ini adalah Arthur Okun pada tahun 1970, tahun yang sama ketika istilah stagflasi muncul. 

Indeks ini dihitung dari jumlah inflasi, pengangguran, dan biaya hidup di negara tersebut. Semakin tinggi indeksnya, semakin tinggi kesengsaraan rakyat di suatu negara. Pada masa sekarang, misery index digunakan untuk menghitung indikasi kesehatan ekonomi nasional.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...