Rupiah Berhasil Menguat Meski Modal Asing Kabur Rp 3 T

Abdul Azis Said
10 Desember 2021, 19:15
modal asing, rupiah, dolar, kurs rupiah
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Bi mencatat asing mencatatkan jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 8,08 triliun, tetapi beli neto di pasar saham Rp 4,85 triliun.

Kekhawatiran terhadap penyebaran Omicron sempat meningkat terutama pada akhir pekan lalu. Tekanan mulai mereda setelah sejumlah laporan mengklaim bahwa varian baru Covid-19 ini memiliki gejala ringan. Namun, studi lain juga memperingatkan bahwa tingkat penularannya berkali lipat lebih cepat dari varian lainnya.

 Sentimen negatif juga mulai mereda karena pasar tampaknya melihat bahwa pemerintah AS kemungkinan tidak akan memberlakukan lockdown sekalipun ada varian Omicron. Sementara dari dalam negeri, keputusan pemerintah membatalkan PPKM Level 3 di akhir tahun juga memberi sentimen positif terhadap rupiah.

Di samping itu, penguatan rupiah yang terutama terjadi di pertengahan minggu ini juga didorong rilis cadangan devisa yang kembali naik. Bank Indonesia melaporkan, cadangan devisa bulan November sebesar US$ 145,9 miliar, kenaikan dari bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar.

Namun, penguatan rupiah mulai terhenti memasuki akhir pekan. Rully mengatakan, rupiah hari ini bergerak melemah tertekan penantian pasar terhadap rilis data inflasi Amerika yang akan diumumkan malam ini. Wall Street memperkirakan inflasi November akan kembali naik menjadi 6,7% secara tahunan, tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

"Ini juga kemungkinan akan berdampak di pekan depan, volatilitas akan kembali naik sehingga dampaknya pada depresiasi nilai tukar rupiah," kata Rully.

Pasar mengantisipasi kenaikan inflasi yang berlanjut akan mendorong bank sentral AS semakin yakin untuk mempercepat tapering off atau pengetatan stimulusnya. The Fed berjanji akan membahas recana percepaatn tapering off ini dalam pertemuan pekan depan. Sementara data inflasi ini menjadi salah satu indikator The Fed untuk mempertimbangkan kebijakan moneternya.

Meski begitu, Rully melihat rupiah tidak akan jatuh terlalu dalam mengingat Badan Pusat Statistik juga akan merilis data neraca dagang November pada pekan depan. Neraca dagang diperkirakan masih bisa surplus tinggi, dengan demikian ini akan membantu menahan agar rupiah tidak terkoreksi terlalu dalam.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...