Modal Asing Lari dari Pasar Modal, Rupiah Anjlok ke 14.573 per US$
Senada dengan Ariston, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi juga menyebut pelemahan rupiah pada perdagangan awal pekan ini dipengaruhi sentimen kenaikan bunga bank sentral dunia. Ia melihat The Fed harus menaikkan suku bunga lebih agresif dan mengambil risiko resesi jika masalah rantai pasokan tak kunjung surut.
Sentimen kenaikan bunga The Fed ini juga didukung oleh komentar Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari pada akhir pekan lalu. Ia menegaskan kembali bahwa pembuat kebijakan dengan tajam mengamati seberapa jauh suku bunga harus naik di atas tingkat netral. "Fokus ekonomi utama AS berikutnya adalah data inflasi harga konsumen pada hari Rabu," kata Ibrahim dalam risetnya.
Ia mengatakan, dolar juga menguat terhadap semua mata uang utama karena penguncian wilayah terkait penanganan Covid-19 di Cina. Perdana Menteri China Li Keqiang pada akhir pekan lalu memperingatkan tentang situasi pekerjaan yang "rumit dan serius" ketika Beijing dan Shanghai memperketat pembatasan penduduk.
Pertumbuhan ekspor Cina pada April melambat menjadi 3,9% dari tahun sebelumnya, laju terlemah sejak Juni 2020. Lebih lanjut, sebuah laporan pekan lalu menunjukkan aktivitas manufaktur di Cina juga jatuh ke level terburuk sejak Februari 2020.