Kas Pertamina Berpotensi Defisit Rp 191 T Jika Tak Ditambal Pemerintah

Abdul Azis Said
19 Mei 2022, 17:53
pertamina, subsidi, harga BBM, keuangan pertamina, PLN, tarif listri
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/YU
Ilustrasi. Pemerintah menyebut sebagian besar harga keekonomian produk yang dijual Pertamina berada di atas harga jual ecerannya.

Defisit yang makin besar tentu merugikan kondisi keuangan perusahaan. Sri Mulyani menyebut, PLN sudah menarik pinjaman hingga Rp 11,4 triliun hingga 30 April 2022 dan diperkirakan masih akan berlanjut hingga bulan depan. Ia memperkirakan penarikan pinjaman perusahaan mencapai Rp 21,7 triliun hingga Rp 24,7 triliun pada tahun ini.

Dengan meningkatnya beban yang harus ditanggung dua BUMN tersebut, Sri Mulyani menyebut pihaknya berkomitmen untuk terus menjaga pasokan dan harga barang-barang yang disubsidi pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah juga memutuskan untuk menambah belanja subsidi dan kompensasi energi tahun ini sebesar Rp 349,9 triliun. 

Pemerintah menaikkan belanja subsidi energi Rp 74,9 triliun terutama untuk subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 71,8 triliun dan subsidi listrik Rp 3,1 triliun. Belanja kompensasi juga membengkak dari rencana semula Rp 18,5 triliun menjadi Rp 234,6 triliun. Penambahan biaya kompensasi terutama kepada Pertamina untuk solar dan pertalite yang mencapai Rp 194,7 triliun dan kompensasi listrik ke PLN sebesar Rp 21,4 triliun.

Selain itu, pemerintah berencana menaikkan tarif listrik secara terbatas pada pelanggan golongan 3.000 VA ke atas yang didominasi masyarakat menengah atas dan industri.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...