Mengapa BI Didorong Kerek Bunga Acuan Sekalipun Inflasi Masih Rendah?

Abdul Azis Said
23 Juni 2022, 08:33
Teller menghitung uang di Bank BNI, Jakarta, Kamis (21/4/2022).
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Teller menghitung uang di Bank BNI, Jakarta, Kamis (21/4/2022).

Hal senada juga diungkapkan Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual. Dia menyebut BI sebenarnya sudah perlu menaikkan suku bunga untuk menjangkar, agar inflasi tidak liar dan menjaga stabilitas rupiah. Namun, dengan komentar BI kemarin, David menilai kemungkinan besar bank sentral belum akan menaikan suku bunga bulan ini.

Ekspektasi terhadap inflasi ke depan juga masih tinggi. Menurutnya, bukan tidak mungkin BI bisa menghadapi risiko serupa dengan The Fed yang terlambat mengerek bunga. Walhasil, The Fed perlu menaikkan bunga lebih agresif dari perkiraan sebelumnya demi meredam inflasi yang terlanjur mengakar.

Namun, David menilai sejauh ini risiko tersebut masih terkendali. "Nanti kita lihat kalau inflasi di Juni masih tinggi, maka bulan Juli akan menjadi critical point bagi BI," kata David kepada Katadata.co.id

Jika inflasi Juni kembali menanjak, dia menyarankan BI untuk mulai mencicil kenaikan 25 bps pada bulan depan. Perkirananya, BI bisa menaikan 50-150 bps hingga akhir tahun.

Sementara ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, menyebut BI tidak perlu buru-buru menaikan suku bunganya karena pengetatan moneter saat ini bisa mengganggu kemajuan pemulihan ekonomi. Akan tetapi, BI perlu mewaspadai pengetatan moneter oleh The Fed yang agresif dan diikuti bank sentral negara lain, karena berpotensi mengakibatkan arus modal keluar dan depresiasi rupiah

"Oleh karena itu, waktu yang tepat bagi BI untuk menaikan suku bunga acuan adalah setelah tingkat inflasi meningkat secara fundamental dan substansial," kata dia dalam risetnya, Kamis (23/6).

Riefky menyebut keputusan pemerintah menambah anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini membantu menahan tekanan inflasi. Sementara, dari sisi nilai tukar, depresiasi rupiah tidak sedalam mata uang tetangga seperti ringgit Malaysia, peso Filipina dan baht Thailand.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...