Mengapa Indonesia Tak Perlu Terlalu Khawatir dengan Resesi Ekonomi AS?

Abdul Azis Said
29 Juli 2022, 15:51
Aktivitas pasar ikan tradisional Peunayong ditengah pandemi COVID-19, di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (3/10 2020).
ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/hp.
Aktivitas pasar ikan tradisional Peunayong ditengah pandemi COVID-19, di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (3/10 2020).

Meski demikian, bukan berarti perlambatan ekonomi AS tidak memiliki dampak sama sekali terhadap Indonesia. Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet, menyebut melemahnya permintaan dari AS berpotensi mengoreksi kinerja neraca ekspor Indonesia pada level yang terbatas.

"Sepanjang semester kedua nanti, resesi di AS akan menjadi salah satu faktor menurunnya surplus neraca dagang yang kita alami selama semester pertama di tahun 2022 ini," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Jumat (29/7).

Bahkan efeknya bisa lebih luas. Perlambatan ekonomi AS berpotensi mempengaruhi ekonomi negara lain seperti Cina. Kondisi ini menambah tekanan bagi negeri tirai bambu, karena kinerja ekonominya pada kuartal kedua ini juga nyaris stagnan dengan pertumbuhan 0,4%.

Apabila ekonomi Cina melambat, tentu dampaknya akan lebih terasa ke Indonesia. Situasi ini yang menurut Yusuf merupakan dampak tidak langsung dari resesi di AS.

Senada dengan David, Yusuf juga melihat resesi di AS berpotensi mendinginkan inflasi. Saat permintaan menurun seiring resesi, harga komoditas bisa ikut turun dan tekanan inflasi juga sedikit mereda. Kondisi inflasi yang menurun menjadi kesempatan bagi bank sentral, terutama The Fed, agar tidak perlu agresif mengerek bunga acuannya.

"Dengan begitu Bank Indonesia bisa lebih leluasa dalam menentukan kebijakan suku bunga acuannya dan tidak terburu-buru menaikkannya secara agresif pada semester kedua nanti," kata Yusuf.

Meski secara teknis ekonomi AS telah resesi karena dalam dua kuartal terakhir mengalami kontraksi, akan tetapi Menteri Keuangan AS Janet Yellen memiliki pendapat berbeda, dia menolak menyebut AS mengalami resesi karena sejumlah data lain menunjukkan masih adanya perbaikan.

The Fed juga mengungkap data lapangan kerja AS pada Juni tetap kuat dengan 372.000 pekerjaan diciptakan, sedangkan tingkat pengangguran bertahan di kisaran 3,6%. AS berhasil mencatatkan kenaikan lapangan kerja selama empat bulan berturut-turun dengan lebih dari 350 ribu lapangan kerja baru.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...