Rupiah Perkasa di Rp14.865/US$ Berkat Kenaikan Suku Bunga di Eropa

Abdul Azis Said
9 September 2022, 09:46
nilai tukar, rupiah, suku bunga, dolar as,
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).

Namun, sentimen The Fed tampaknya masih bakal membayangi nilai tukar hari ini. Gubernur The Fed Jerome Powell dalam sebuah interview semalam kembali menegaskan komitmennya untuk memerangi inflasi. Bank sentral menargetkan inflasi bisa turun ke level 2% dari saat ini masih di atas 8%.

"Ini artinya kenaikan suku bunga acuan sebagai alat moneter untuk mengendalikan inflasi bakal terus dijalankan. Hal ini masih akan memberi tekanan ke rupiah," kata Ariston.

Berdasarkan alat pemantauan FedWatch, mayoritas pasar berekspektasi The Fed akan kembali menaikan suku bunga 75 bps pada pertemuan mendatang dengan probabilitas 86%. Jika tidak meleset, maka ini merupakan kenaikan 75 bps dalam tiga pertemuan beruntun setelah sebelumnya juga dilakukan The Fed untuk pertemuan Juni dan Juli.

Sementara dari dalam negeri, pasar masih mengamati isu kenaikan BBM dan inflasi yang bisa memberikan tekanan ke rupiah. Kenaikan harga bahan bakar bisa mendorong inflasi. Dalam perhitungan Kementerian Keuangan, inflasi tahun ini bisa naik ke 6,6-6,8%.

Senada dengan Ariston, analis DCFX Lukman Leong juga melihat rupiah bisa menguat terhadap dolar AS berkat kenaikan suku bunga ECB. Komentar The Fed semalam akan memberi tekanan ke rupiah. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.825-14.950 per dolar AS.

"Dari domestik, data penjualan ritel Indonesia diperkirakan akan naik 5% di bulan Juli dibandingkan kenaikan 4.1% bulan Juni, ini juga positif bagi rupiah," kata Lukman dalam risetnya

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...