Jokowi Sebut 2023 Bisa Jadi Tahun Suram, Ini Syarat Agar Tak Terjadi

Agustiyanti
15 November 2022, 11:21
jokowi, KTT G20, G20, krisis pupuk
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/wsj.
Presiden Joko Widodo (kanan) disaksikan Perdana Menteri India Narendra Damodardas Modi (kedua kiri) menyampaikan pandangannya saat pembukaan KTT G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).

Perang antara Rusia dan Ukraina membuat pasokan pupuk dari Rusia ke dunia tersendat. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan krisis pangan di  berbagai penjuru dunia.

Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO)  menilai Indonesia berperan penting sebagai presidensi G20 memiliki peran penting mengatasi krisis pangan. Indonesia dinilai dapat memanfaatkan posisi untuk mendorong negara-negara anggota G20 dalam mengatasi masalah krisis pangan, serta kelaparan yang terus meningkat di dunia. 

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyampaikan bahwa harga pangan telah melonjak ke rekor tertinggi tahun ini. Pupuk menjadi terlalu mahal bagi banyak petani, dan jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan terus meningkat. Berkaca dari kejadian sebelumnya, kondisi tersebut akan memberikan dampak terbesar kepada mereka yang mengalami kemiskinan.   

“Kenaikan harga pangan mempengaruhi kita semua, tetapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan," ujar Rajendra, pada Jumat (14/10).

Data FAO menyebutkan, saat ini terdapat 3,1 miliar orang di seluruh dunia yang tidak mampu membeli makanan sehat. Selain itu, angka kelaparan terus meningkat dan berdampak pada 828 juta orang pada 2021. Adapun dalam dua tahun terakhir, jumlah orang yang masuk dalam kategori rawan pangan meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021 dan 2022).  

FAO juga memprediksi kemungkinan yang lebih buruk, di mana sekitar 970 ribu orang diperkirakan akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara. Negara tersebut seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman. Angka tersebut sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu, ketika hanya dua negara yang masyarakatnya menghadapi kondisi serupa.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...