Sri Mulyani Tagih Janji Amerika Cs Investasi Rp 310 T Usai KTT G20
Mobilisasi dana tersebut terutama akan digawangi oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan rencana pencairan 3-5 tahun ke depan. Pembiayaan ini sebagian akan berasal dari pembiayaan publik dan sebagian lainnya dari mitra swasta terutama dari koalisi Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Mantan Managing Director IMF itu sebelumnya sempat mengatakan mayoritas dana tersebut akan berbentuk pinjaman lunak dan komersial. Sedangkan porsi hibah hanya sekitar US$ 600 juta atau 3% dari total dana JETP. Namun demikian ia memastikan pinjaman ini tidak akan menimbulkan tumpukan utang baru.
"Kami tidak akan menciptakan utang baru dari program ini, pasti tetap akan hati-hati. Kalau pendanaan dan pembiayaan tetap akan dilihat di konsep APBN," kata Sri Mulyani di Istana Negara, Senin (28/11) lalu.
Sebelumnya Peneliti dan Program Manager Trend Asia, Andri Prasetiyo meminta pemerintah memastikan bahwa pendanaan dari Amerika Cs memiliki porsi hibah atau pembiayaan lunak yang cukup. Ia menilai pembiayaan lunak lebih aman ketimbang pembiayaan komersial yang mengikuti tingkat bunga yang berlaku di pasar.
"Ada resiko bahwa JETP ini jadi semacam utang baru karena porsi hibah ini tidak cukup untuk membantu negara berkembang seperti Indonesia untuk keluar dari ketergantungan batu bara," ujar Andri pada Jumat (18/11).