Juara Asia, Rupiah Menguat Menembus 14.899/US$ Hari Ini

Abdul Azis Said
4 April 2023, 16:18
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Nilai tukar rupiah menguat 0,48% di level Rp 14.899/US$ pada perdagangan sore ini. Data Purchasing Managers Index alias PMI Manufaktur AS bulan Maret yang anjlok membantu penguatan rupiah dan beberapa mata uang Asia lainnya hari ini.

Rupiah menguat paling tajam terhadap dolar AS dibandingkan mata uang Asia lainnya. Peso Filipina menguat 0,44% sore ini bersama won Korea Selatan 0,06%, ringgit Malaysia 0,35%, dolar Singapura 0,08% dan baht Thailand 0,03%. Sebaliknya, yuan Cina, rupee India, dolar Taiwan, dan yen Jepang melemah.

"Dolar menguji level terendah dua bulan terhadap mitra utamanya pada Selasa pagi, masih di bawah tekanan setelah data yang lemah dari sektor manufaktur pada Senin yang mendorong harapan 'poros' awal dari The Fed," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam catatannya sore ini, Selasa (4/4).

Data ISM PMI Manufaktur AS untuk periode Maret yang dirilis semalam kembali turun ke level 46,3 poin. Indeks PMI itu merupakan level terendah sejak Mei 2020, dan terendah sejak pertengahan 2009 jika tidak memperhitungkan periode Covid-19.

Indeks di bawah 50 berarti manufaktur di AS masih kontraksi. Realisasi Maret ini merupakan kontraksi selama lima bulan beruntun dan di bawah perkiraan pasar yang disurvei Reuters sebesar 47,5 poin.

Data itu mendukung ekspektasi bahwa perlambatan ekonomi negeri Amerika Serikat telah meluas. Ibrahim menyebut ekspektasi ini semakin mendukung taruhan pasar bahwa kenaikan bunga The Fed pada pertemuan awal bulan depan bisa menjadi kenaikan terakhir. Berdasarkan alat pemantauan CME Group, probabilitas suku bunga The Fed ditahan pada pertemuan mendatang mencapai 41% sementara sisanya 59% memperkirakan bunga naik 25 bps.

Ekspektasi perlambatan ekonomi, kata Ibrahim, juga meluas setelah OPEC+ memutuskan kembali memangkas produksi 1,16 juta barel per hari mulai Mei tahun ini. Langkah tersebut diperkirakan kembali bisa mengerek harga minyak dunia.

Dari dalam negeri, rupiah terbantu oleh sentimen prospek pertumbuhan ekonomi yang masih cerah tahun ini. Terbaru, Ibrahim menyebut Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini dari sebelumnya 4,8% menjadi 4,9%.

"Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi luar biasa. Walaupun menghadapi guncangan dalam negeri, bahkan ketika pandemi Covid-19, perang Ukraina, dan pengetatan keuangan terjadi," kata Ibrahim.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...