Ekonomi RI Sulit Naik 7%: Terkendala Biaya Investasi dan Manufaktur

Ferrika Lukmana Sari
9 Februari 2024, 12:26
ekonomi
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/wpa.
Foto udara pelabuhan dan bangunan di kawasan pesisir utara Jakarta, Rabu (17/1/2024). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 akan berada di kisaran 4,7 persen-5,5 persen atau lebih tinggi dibanding proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 yakni 4,5 persen-5,3 persen dengan ditopang permintaan domestik.
Button AI Summarize

Ekonomi Indonesia masih dibayangi sejumlah tantangan sehingga sulit untuk tumbuh 7%. Sampai 2023 saja, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05% atau turun dari realisasi tahun sebelumnya 5,31%, imbas dari pelemahan harga komoditas dan ketidakpastian ekonomi global.

Padahal, Indonesia pernah menorehkan pertumbuhan sampai 10,92% pada 1968 atau awal Orde Baru. Kemudian pada tahun 1994 dan 1995 pernah tumbuh 7,48% dan 8,07%. Namun pasca reformasi, ekonomi domestik hanya mampu tumbuh di bawah 7%.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyebut, dalam dua hingga tiga dekade terakhir, ekonomi Indonesia pernah tumbuh di atas 5% dan bahkan naik hingga 7%.

"Saat itu, salah satu kontributor pertumbuhan tertinggi dari industri manufaktur. Hal ini wajar, karena manufaktur merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB Indonesia," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Kamis (8/2).

Sehingga, dengan semakin tinggi pertumbuhan sektor ini, maka akan semakin tinggi pula potensi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Namun kondisi ini justru berbalik dalam lima hingga 10 tahun terakhir.

Menurut Yusuf, pertumbuhan sektor manufaktur mengalami perlambatan dan akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum. Hal ini menjadi salah satu faktor kenapa ekonomi domestik sulit tumbuh 7% dalam dua dekade pemerintahan Jokowi.

Adapun yang dimaksud manufaktur merupakan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual di pasaran. Proses ini melewati langkah dari perakitan hingga terbentuknya produk jadi.

Investasi di Indonesia Kurang Efisien

Selain itu, masalah fundamental ekonomi terkait biaya investasi yang kurang efisien juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Salah satunya tercermin dari indikator Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia.

Pada 2021, ICOR Indonesia berada di level 8,16% dan turun menjadi 6,2% pada 2022. Artinya, setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi 1% membutuhkan peningkatan investasi infrastruktur sebesar 6,25% pada 2022.

ICOR ini mencerminkan besaran tambahan kapital (investasi) yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Jika semakin kecil angka ICOR, maka semakin efisien biaya investasinya. 

Banyak faktor yang membuat nilai ICOR Indonesia masih tinggi yakni, mulai dari faktor sarana infrastruktur yang kurang memadai, ruwetnya birokrasi, ongkos produksi, daya saing pasar tenaga kerja hingga tingginya biaya logistik.

"Indikator ini menggambarkan mahalnya biaya investasi di Indonesia, termasuk faktor institusi seperti penegakan hukum, penerapan kebijakan yang baik sampai masalah kualitas sumber daya manusia (SDM)," kata Yusuf.

Investor Tidak Melirik Sektor Manufaktur

Tak berbeda, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyoroti faktor struktural. Dia mempertanyakan, kenapa para investor dan pelaku usaha tidak tertarik masuk ke industri manufaktur.

"Karena tingkat ICOR tadi yang relatif tinggi, ICOR di angka 7% pada awal Jokowi menjabat tahun 2015. Jadi kita makin kehilangan daya saing karena biaya investasi terlalu mahal," kata Bhima.

Untuk itu, Bhima menyarankan adanya reformasi secara struktural melalui penguatan industri manufaktur, yang saat ini dikenal dengan program hilirisasi. Namun sayangnya, saat ini hilirisasi masih berkutat pada komoditas.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...