Deflasi Cina Bikin Ekonomi Dunia Was-was, Bagaimana Dampak ke RI?

Ferrika Lukmana Sari
12 Februari 2024, 14:55
Cina
ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/HP/sa.
Tingshu Wang Orang-orang berseluncur di danau beku yang telah diubah menjadi gelanggang es, ditengah wabah virus corona (COVID-19), di Beijing, Cina, Sabtu (16/1/2021).

Sektor Properti Pengaruhi Ekonomi Cina

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyebut, penurunan inflasi dan krisis properti merupakan kombinasi dari faktor yang memang akan memengaruhi perlambatan ekonomi Cina terutama pada tahun ini.

"Sektor properti, sebagai salah satu kontributor besar pada perekonomian Cina, mengalami penurunan kinerja yang cukup signifikan. Kontribusi sektor properti, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat memengaruhi perekonomian Cina sebanyak 24%-30%," kata Yusuf.

Menurutnya, krisis di sektor properti tersebut tidak hanya berdampak pada penurunan belanja rumah tangga dan investasi, namun juga pada penerimaan pemerintah. Penurunan nilai aset properti yang berlangsung sejak 2021 menyebabkan penurunan kekayaan masyarakat Cina.

Bahkan sekitar 70% dari aset masyarakat urban Cina disimpan dalam bentuk properti. Perlambatan ekonomi Cina yang tergambar dari perlambatan tingkat konsumsi masyarakat, turut menurunkan tingkat impor dari negara-negara mitra.

Dengan begitu, penurunan ini dapat berdampak luas pada pelemahan perekonomian global, mengingat kontribusi impor Cina terhadap perdagangan global sebelum pandemi mencapai 10,8%.

"Jika ekonomi dunia melambat, maka salah satu dampaknya, ekonomi negara emerging market melambat seperti Indonesia. Tentu perlambatan ekonomi Cina juga akan berdampak terhadap melambatnya harga komoditas," kata Yusuf.

Ekspor RI Akan Terganggu

Jika ekonomi Cina terus melambat, maka akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia sepanjang tahun 2024. Bahkan Yusuf memperkirakan, potensi penerimaan negara dari produk ekspor unggulan Indonesia juga akan anjlok.

"Secara umum harga komoditas seperti batubara, nikel, CPO, merupakan komoditas yang akan terdampak kondisi Cina saat ini," ujar Yusuf.

Untuk jangka pendek, kata Yusuf, pemerintah bisa mencari potensi pasar lain ataupun meningkatkan proporsi ekspor komoditas ke negara lain. Beberapa negara yang punya peluang di Asia Selatan seperti Pakistan dan India. Selain itu, negara-negara Afrika Utara seperti Mesir

"Saya kira juga bisa mendapatkan porsi dalam konteks mendorong diversifikasi negara tujuan di periode perlambatan perekonomian Cina ini," kata dia.

Selain itu, pemerintah juga perlu memitigasi dampak tidak langsung dari perlambatan ekonomi Cina. Sehingga pemerintah perlu mengoptimalkan pos belanja lain selain ekspor. Misalnya belanja pemerintah dan juga konsumsi rumah tangga.

"Untuk belanja pemerintah dari sisi kebijakan fiskal, Saya kira dengan melakukan automatic adjustment di awal tahun sudah relatif baik, tetapi tentu perlu dipertimbangkan atau diperhitungkan dengan potensi perkembangan penerimaan negara di pertengahan tahun nanti," kata dia.

Halaman:
Reporter: Ferrika Lukmana Sari
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...