Tunggu Sinyal The Fed, BI Diprediksi Masih Pertahankan Suku Bunga 6,25%
Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal masih mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,25% sambil menunggu arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed.
“Saya rasa tetap mempertahankan suku bunga karena BI belum berani menurunkannya, sebelum The Fed menurunkannya lebih dahulu,” kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal kepada Katadata.co.id, Selasa (20/8).
Faisal yakin BI masih berpeluang menurunkan BI Rate setelah The Fed menurunkannya lebih dahulu. Apalagi, kondisi ekonomi dan pergerakan rupiah mendukung peluang penurunan suku bunga tersbeut.
Sebelumnya, rupiah tertekan sangat dalam hingga akhirnya berhasil menguat. Pada perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat 114,5 poin pada level Rp 15.435 per dolar AS dari penutupan sebelumnya Rp 15.550 per dolar AS.
Selain itu, inflasi Indonesia juga saat ini terbilang relatif rendah. Pada Juli 2024, terjadi inflasi secara tahunan sebesar 2,13% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,09.
“Jadi dorongan untuk menurunkan BI Rate besar sekali tapi saya rasa belum sampai menurunkan tingkat suku bunganya pada bulan ini,” ujar Faisal.
Fundamental Ekonomi RI Masih Solid
Senada dengan Faisal, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga melihat peluang BI masih mempertahankan suku bunga pada bulan ini. Bank sentral bakal mulai menurunkan BI Rate setelah The Fed menurunkan Federal Funds Rate atau FFR.
Apalagi, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup solid dan masih prospektif. “Sebagian besar tekanan berasal dari eksternal, terutama terkait dengan ketegangan geopolitik, suku bunga kebijakan global, dan kondisi ekonomi global,” kata Josua.
Jika tekanan eksternal mulai mereda, Josua melihat adanya ruang yang cukup bagi BI untuk melakukan penurunan suku bunga. Selain pelonggaran kebijakan moneter, BI diperkirakan akan mempertimbangkan penerapan exit strategy dari kebijakan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam jangka pendek.
Menurut Josua, ruang untuk pemangkasan BI Rate semakin terbuka di paruh kedua 2024 jika kondisi eksternal terus membaik dan mendukung sentimen risk-on. Dengan begitu, kondisi ini dapat mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah.
Adapun yang dimaksud risk on adalah kondisi pelaku pasar yang sedang optimistis terhadap prospek perekonomian yang terus membaik. Sehingga, para investor cenderung mengalihkan modalnya ke instrumen finansial yang memberikan imbal hasil tinggi.
“Jika semua kondisi terbukti mendukung, ada kemungkinan BI akan mengalihkan fokus kebijakan moneternya dari stabilitas ke pertumbuhan,” ujar Josua.
Bank Indonesia akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) pada pada 20-21 Agustus 2024. Rencananya BI, akan mengumumkan hasil rapat tersebut pada Rabu besok (21/8).