Moratorium PLTU 2025 akan Menjadi Awal Masa Kritis Sektor Batu Bara

Image title
31 Mei 2021, 14:34
batu bara, pltu,
Katadata/Ratri Kartika
PLTU Muara Laboh.

Pemerintah tidak akan memberikan izin proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru setelah 2025. Ketika masa itu tiba, industri batu bara nasional akan memasuki masa-masa kritisnya. Seluruh negara telah meratifikasi Perjanjian Paris untuk Perubahan Iklim, dan sepakat untuk menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca.

Ini mendorong perbankan di seluruh dunia mengetatkan atau bahkan menyetop pembiayaan untuk proyek penambangan atau pembangkit listrik fosil, terutama batu bara. Bahkan banyak perusahaan Engineering, Procurement & Construction (EPC) yang tidak lagi mau terlibat pada pembangunan PLTU.

Advertisement

"Ini harus dipetakan dengan detail dan dipersiapkan segera agar sektor pertambangan tidak terjadi over investment jika akan dikurangi ke depannya, perlu waktu dan bukan mendadak," kata Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo kepada Katadata.co.id, Senin (31/5).

Menurut Singgih pemerintah perlu meletakkan masalah ini dengan serius. Pasar ekspor batu bara Indonesia hampir 54% masih didominasi oleh Tiongkok dan India. Kebutuhan batu bara nasional bahkan sampai 2025 dan seterusnya masih berkutat di kisaran 25% sampai 30% dari total produksi nasional.

Sehingga perlu juga ratifikasi komitmen internasional, perbankan, pasar ekspor sebatas Tiongkok dan India, dan jumlah pelaku pertambangan di Indonesia. Tanpa pemetaan detail dan indikasi yang disampaikan sejak awal akan menyebabkan rusaknya lingkungan akibat tambang yang ditinggalkan tanpa persiapan matang.

Tiongkok sendiri telah memiliki rencana lima tahun ke depan (2021-2025). Puncak pemanfaatan batu bara negeri panda akan terjadi di 2025, setelah itu justru akan membatasi dan bahkan akan menurunkan pemanfaatan batu bara.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 18,3% pada kuartal I 2021 masih memungkinkan untuk mendongkrak kebutuhan batu bara dalam target lima tahun pertama. Pada 2025 Negeri Panda akan membatasi konsumsi batu bara maksimal 4,2 miliar ton.

Pada tahun-tahun berikutnya bauran energi batu bara akan terus diturunkan menjadi 56,8% dari 68% pada dekade sebelumnya. Hal sama juga terjadi di India, mengingat India juga dengan cepat akan memperbanyak pembangunan energi terbarukan untuk menekan emisi yang terjadi.

Sementara Vietnam, bisa jadi dapat menambah pasar ekspor Indonesia, namun pertumbuhan Vietnam tidak akan mempu menyerap hilangnya potensi Tiongkok dan India setelah 2025. Pasalnya pasar Vietnam diperkirakan hanya akan menyerap sekitar 30 juta ton batu bara.

"Negara lainnya seperti Korea Selatan, Malaysia dan lainnya, akan sangat konservatif dalam menaikkan penggunaan batu baranya," kata Singgih.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement