Tantangan Besar Co-firing PLTU Tanpa Kepastian Harga Biomassa

Image title
1 November 2021, 17:07
pltu, biomassa, emisi karbon, ebt
PLN
Program co-firing PLTU bertujuan menurunkan jejak karbon pembangkit listrik berbahan batu bara ini.

Program co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada prinsipnya dinilai dapat menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca. Namun implementasinya dinilai sulit tanpa ada kesepakatan harga biomassa.

Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Paul Butar Butar, menilai harga biomassa menjadi sorotan utama program ini. "Apakah memungkinkan PLN membeli biomassa dengan harga yang ekonomis atau sebaliknya. Kalau tidak bisa, berarti supply biomassa tidak akan ada," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (1/11).

Isu berikutnya yaitu terkait sumber biomassa. Paul menyarankan agar sumber biomassa berasal dari limbah pertanian atau sampah kota. Sehingga program co-firing tidak mendorong terjadinya deforestasi atau penurunan luas hutan.

Adapun setiap penggunaan campuran biomassa sekitar 5%, setidaknya akan menurunkan emisi GRK sebesar 5%. Hal ini lantaran biomassa dianggap netral karbon. "Sehingga setiap emisi CO2 dari pembakaran biomassa dianggap netral, karena pada saat hidupnya biomassa sudah menyerap CO2," katanya.

Namun banyak pihak berpandangan, terutama lembaga internasional, bahwa co-firing sebenarnya dianggap mendorong perpanjangan usia PLTU batu bara. Itu makanya banyak lembaga internasional yang kurang mendukung program co-firing.

Jika PLN mendorong program ini secara penuh, dikhawatirkan akan mengurangi kesempatan untuk membangun pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT). "Sekalian saja PLTU batu bara digantikan dengan PLTU biomassa, terutama untuk PLTU batu bara dengan kapasitas kecil, misalnya di daerah timur Indonesia," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan program co-firing diambil sebagai solusi untuk menurunkan emisi. Namun prakteknya tetap menggunakan PLTU yang masih masih punya nilai ekonomis.

Fabby menilai program co-firing ini seperti solusi mengulur waktu dalam menekan emisi karbon. Sembari PLN mencari cara untuk meningkatkan pasokan listrik dari pembangkit EBT, menyesuaikan dengan rencana dekarbonisasi/net-zero emission.

Meski begitu, tantangannya adalah ketersediaan feedstock dengan harga yang terjangkau bagi PLN sesuai dengan rencana co-firing PLN di berbagai PLTU. Pasalnya, biomassa jenis wood chip dan wood pellet merupakan komoditas ekspor sehingga harganya ditentukan oleh pasar.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...