Anak Usaha Indika Energy Lirik Peluang pada Nusantara Super Grid
Pemerintah berencana menghubungkan sistem kelistrikan antarpulau di Indonesia melalui konsep Nusantara Super Grid. Anak usaha Indika Energy di bidang solar photovoltaic (PV), PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) melirik peluang jika proyek tersebut terealisasikan.
EMITS merupakan penyedia jasa pemasangan solar PV atau panel surya untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Direktur Utama EMITS, Yovie Pribadi mengatakan adanya peluang dalam proyek Nusantara Super Grid, khususnya pada distribusi energi listrik dari tenaga surya.
Ia menceritakan, untuk mendapatkan 1 megawatt listrik, dibutuhkan lokasi seluas 1 hektar. Masalahnya, saat ini, ruang-ruang kosong untuk meletakkan solar PV di wilayah bisnis dan industri makin sulit ditemukan.
“Misal sekarang banyak orang bangun pusat data. Itu kan cuma gedung saja tapi kebutuhan listriknya besar. Tapi lokasinya tidak ada untuk pasang solar PV. Jika proyek itu terjadi, kami bisa pasang solar panelnya di tanah kosong di suatu tempat lalu kami sambungin ke jaringan itu suplai ke pelanggan,” ujarnya, Senin (4/4).
Yovie menilai untuk merealisasikan proyek super grid ini pemerintah harus bekerja keras karena terdapat sejumlah tantangan yang harus dilewati, salah satunya adalah kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari wilayah kepulauan.
Namun jika proyek ini terealisasi, Indonesia bisa memiliki pembangkit tenaga listrik yang bisa dihubungkan ke seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan, Indonesia mempunyai peluang menjual/mengekspor listrik ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Kalau itu terjadi sudah seperti di Eropa. Indonesia bisa jualan listrik, yang beli Thailand, dan itu akan ada persaingan harga dan akan jadi open market, kompetitif. Sehingga harga yang paling kompetitif dia yang dibeli,” ujar Yovie.
Adapun sejumlah wilayah yang memiliki potensi untuk menjadi sentra produksi energi tenaga surya berada di wilayah yang memiliki hamparan luas seperti Kalimantam, Maluku, Flores, Sumba dan Sumbawa.
“Ya kan industri di sana itu kan industri yang terkait natural resources. Industri-industri misalnya industri elektronik, manufaktur kan belum ada. Paling bagus itu sebenarnya Sumbawa, tingkat irradiasinya paling bagus,” ucap Yovie.
Saat ini, EMITS sedang mengerjakan proyek PLTS untuk sejumlah tambak udang di Sulawesi. Adapun pemanfaatan energi surya masih dikolaborasikan dengan diesel dan baterai karena pasokan energi matahari yang terbatas.
“Kami ada beberapa proyek tambak udang di Sulawesi dengan solar PV, baterai dan diesel. Jadi menarik sih, karena potensi matahari di Indonesia besar,” tambahnya.
Proyek Nusantara Super Grid merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menggenjot bauran energi baru terbarukan (EBT) melalui interkoneksi kelistrikan antar pulau di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan wacana interkoneksi antar pulau merupakan solusi yang potensial dalam rangka meningkatkan pengembangan EBT. Khususnya dengan tetap menjaga kestabilan dan keamanan sistem kelistrikan.
Menurut Ego, dengan adanya super grid ini, jaringan listrik antar pulau besar akan saling terhubung. Sehingga memungkinkan untuk setiap wilayah dapat melakukan ekspor-impor listrik yang bersumber dari sumber energi terbarukan.
"Ini memungkinkan setiap wilayah untuk mengimpor dan mengekspor pasokan listrik di saat adanya krisis kekurangan atau kelebihan energi berbasis EBT," kata dia dalam diskusi secara virtual, Rabu (7/7).
Meski demikian, proyek ini akan membutuhkan investasi yang cukup besar. Berdasarkan kajian IESR yang bertajuk Deep Decarbonization of Indonesia Energy System, untuk membangun interkoneksi antarpulau membutuhkan investasi US$ 100 miliar atau lebih dari Rp 1.450 triliun hingga 2050.