Potensinya Melimpah, RI Bisa Menjadi Pusat Industri Panas Bumi Dunia

Happy Fajrian
15 Agustus 2022, 14:04
panas bumi, pertamina, energi baru terbarukan, ebt,
Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Instalasi sumur panas bumi di PLTP Small Scale Unit Dieng yang dioperasikan PT Geo Dipa Energi.

Indonesia diyakini akan menjadi pusat industri panas bumi berskala dunia di masa depan, dilihat dari besarnya potensi sumber daya energi baru terbarukan (EBT) ini.

Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Ahmad Yuniarto, mengatakan untuk mencapai target tersebut Indonesia tidak bisa hanya tinggal diam, melainkan harus ada upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi panas bumi.

Dengan menjadi pusat industri panas bumi dunia, secara otomatis ketahanan energi yang ditopang oleh panas bumi bisa terwujud. Panas bumi menjadi salah satu energi baru terbarukan yang paling relevan untuk menjadi sumber daya energi utama untuk memenuhi kebutuhan nasional.

“Indonesia sangat potensial untuk panas bumi karena melimpahnya sumber daya. Listrik yang dihasilkan dari panas bumi juga sangat stabil dan masih ada ruang agar biayanya kompetitif dan energi panas bumi sangat kompeten sebagai base load pembangkit listrik untuk sistem kelistrikan apapun,” ujarnya, Senin (16/8).

Menurut data ThinkGeoEnergy, sebagai negara yang berada di kawasan cincin api (ring of fire), Indonesia menguasai 40% cadangan panas bumi dunia. Kementerian ESDM telah menargetkan pengembangan panas bumi mencapai 9,3 GW pada 2035.

Indonesia juga memiliki kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terbesar kedua di dunia yaitu mencapai 2.133 megawatt (MW) pada 2020. Jumlah tersebut menyumbang 3,01% pembangkit listrik nasional.

Selain itu, pengembangan panas bumi juga selaras dengan upaya penurunan emisi karbon. Namun Yuniarto menilai untuk bisa mengejar target dekarbonisasi, pengembangan panas bumi tidak bisa dilakukan biasa-biasa saja seperti sekarang. Perlu ada akselerasi ekstra dari dari pemerintah selaku regulator, tidak hanya mengandalkan pelaku usaha.

Green hydrogen, misalnya, yang menjadi produk lanjutan dari panas bumi, pengembangannya bisa memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang luar biasa. Namun pengembangannya membutuhkan dana yang tidak sedikit sehingga ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh PGE.

“Kita bisa jadikan geothermal sebagai green economy memberikan efek terhadap Indonesia. Kondisi itu memberikan value lebih banyak ke Indonesia hanya saja bisakah kita memproyeksikan green hydrogen dengan biaya efisien,” kata dia.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...