Refleksi International Women’s Day: Perempuan dalam Transisi Energi

Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika
Oleh Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika
27 Maret 2024, 14:20
Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika
Katadata/Bintan Insani
Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika. Peneliti dan asisten peneliti Purnomo Yusgiantoro Center

Untuk daerah 3T, misalnya, pelatihan dapat diberikan kepada komunitas perempuan agar dapat menjadi teknisi pembangkit listrik tenaga surya yang andal. Dengan begitu, energi terbarukan berbasis komunitas dapat dioptimalkan sebagai solusi untuk mendapatkan listrik yang handal sekaligus rendah emisi.

Keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan infrastruktur listrik energi terbarukan berbasis komunitas akan menciptakan rasa kepemilikan. Ini dapat diciptakan dengan mengutamakan pelibatan komunitas perempuan dalam pemeliharaan infrastruktur. Dengan demikian dapat menjamin keberlanjutan PLTS untuk desa lebih maju dan berdaya.

Di Sulawesi Tenggara, pelatihan teknisi PLTS komunitas bagi komunitas perempuan menjadi pintu masuk utama bagi pelibatan perempuan dalam skema transisi energi bersih. Perempuan yang sudah mendapatkan pelatihan teknisi akan menjadi teknisi yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan PLTS di desanya masing-masing. Sedangkan di Nusa Tenggara Timur, ada pelatihan manajemen keuangan koperasi EBT bagi komunitas perempuan.

Berbagai investasi dalam bentuk pelatihan ini menjadi bukti keniscayaan pelibatan perempuan yang bermakna dan mampu membuat perempuan berdaya sebagai aktor yang menggerakkan transisi energi. Dengan memberdayakan perempuan terbukti dapat menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, terutama bagi komunitas di mana kelompok perempuan tersebut berada.

Investasi krusial selanjutnya adalah berupa investasi pendidikan, khususnya untuk perempuan adat. Ada gap pendidikan yang cukup dalam antara komunitas perempuan yang tinggal di pedesaan dengan perkotaan. Gap ini membuat perempuan di pedesaan kurang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya energi terbarukan di daerahnya.

Padahal, potensi sumber daya energi terbarukan cukup melimpah di daerah pedesaan, yang dapat dikelola di skala komunitas. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu fokus pada distribusi pendidikan melalui strategi terpadu yang didukung oleh kebijakan pemerintah pusat, khususnya soal pemanfaatan berbagai keberlimpahan sumber energi alternatif di pedesaan.

Investasi selanjutnya yang mutlak harus dilakukan adalah penciptaan lingkungan kerja yang inklusif. Perempuan biasanya akan mengalami hambatan untuk masuk ke dalam industri tenaga kerja setelah menjalani kehidupan pernikahan dan memiliki anak. Sistem dan budaya kerja di Indonesia saat ini, dipandang belum adil dan ramah untuk perempuan. Sebab itu, pemerintah harus bersedia berinvestasi lebih banyak pada pembuatan kebijakan yang dapat mendorong iklim yang lebih inklusif bagi perempuan.

Perempuan membawa berbagai sudut pandang dan keterampilan, yang dapat mengarah pada inovasi dan pemecahan masalah dalam proyek energi terbarukan. Karena itu, investasi yang dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan kelompok dan komunitas perempuan tidak akan menjadi 'investasi bodong'. Komunitas perempuan terbukti dapat menjadi agen perubahan yang mampu mengakselerasi kemajuan dalam bidang transisi energi bersih.

Halaman:
Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika
Hidayatul Mustafidah R. dan Mayora Bunga Swastika
Peneliti dan Asisten Peneliti Purnomo Yusgiantoro Center
Editor: Dini Pramita

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...