"Hitungan kami sejak awal tahun memang secara teknikal, ekonomi pada kuartal II dapat tumbuh 7%," kata dia.

Pertumbuhan ekonomi yang melonjak ini tak lepas dari pengaruh tahun dasar perhitungan pertumbuhan yakni pada kuartal II 2020 yang terkontraksi 5,32%. Namun, Andry memberikan catatan, yakni pertumbuhan tersebut dapat tercapai sepanjang tak terjadi gelombang kedua Covid-19.

Pemerintah menaruh harapan besar pada kuartal kedua tahun ini untuk pulih dari Pandemi Covid-19. Presiden Joko Widodo bahkan menargetkan pertumbuhan ekonomi pada dapat mencapai 7% secara tahunan.

Menurut dia, periode April-Juni sangat menentukan nasib pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Pemerintah berharap mampu mencapai pertumbuhan 4,5-5,5% pada tahun ini.

"Kalau pertumbuhan 7% pada kuartal II tercapai, kuartal berikutnya akan lebih mudah," katanya.

Jokowi optimistis target tersebut dapat tercapai karena sejumlah data ekonomi yang menunjukkan perbaikan. Purchasing Managers Index pada Maret 2021 berada di angka 53,2 atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 51. Konsumsi listrik juga meningkat 3,3%, sedangkan keyakinan konsumen membaik meski masih ada di level pesimistis. 

Selain itu, impor barang modal pada Maret 2021 juga tumbuh 33,7%. Kenaikan impor dimaknai Jokowi sebagai peningkatan aktivitas produksi.

Sri Mulyani juga melihat ada perbaikan tingkat konsumsi yang signifikan pada kuartal kedua tahun ini sehingga mampu membawa ekonomi kembali ke zona positif. Salah satunya terlihat dari penjualan kendaraan bermotor yang meningkat tajam pada Maret 2021.

Kenaikan penjualan tersebut dipengaruhi oleh insentif pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang diberikan pemerintah pada awal Maret lalu. Penjualan mobil pada Maret 2021 tumbuh 10,5% dibanding Maret 2020 dan 72,6% dibanding Februari 2021.

Selain itu, konsumsi masyarakat akan didorong oleh aktivitas Lebaran yang berpotensi lebih baik dibanding tahun lalu. Peningkatan aktivitas ini tak lepas dari terkendalinya jumlah kasus dan telah berjalannya vaksinasi.

"Ada juga faktor technical rebound dari kontraksi ekonomi tahun lalu," katanya.

Ia berharap masyarakat tetap menyambut Lebaran secara gembira, antara lain dengan membeli baju baru dan membagikan bingkisan kepada sanak saudara.

"Ada bagusnya Lebaran kita tetap menggunakan baju baru sehingga muncul aktivitas ekonomi," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi April 2021, pada pekan ketiga April.

Untuk itu, menurut dia, pemerintah akan berupaya mendukung daya beli masyarakat. Hal ini dilakukan melalui pembayaran THR dan gaji ke-13 PNS, percepatan belanja sosial, hingga subsidi ongkir Hari Belanja Online Nasinal (Harbolnas) menjelang Lebaran.

"Harbolnas ini tujuannya agar meski tidak bertemu, Anda tetap dapat mengirimkan bingkisan kepada orang-orang yang disayangi. Dengan teknologi digital yang ada saat ini, ini memungkinkan," katanya.

Sri Mulyani akan menggelontorkan Rp 30,6 triliun untuk pembayaran THR pada H-10 Lebaran atau pekan pertama Mei. Sementara gaji ke-13 yang biasanya dibayarkan pada Juli, akan dibayarkan pada Juni. Besarannya biasanya tak berbeda jauh dengan THR.

Pemerintah memperkirakan total THR yang akan dibayarkan pemerintah dan swasta mencapai Rp 150 triliun. Perputaran uang dari perkirakaan THR tersebut dapat menyumbang 1% perekonomian domestik.

Meski saat ini kasus Covid-19 di Indonesia terkendali, ia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada agar kejadian yang saat ini berlangsung di India tak menimpa Indonesia. India saat ini mencatatkan rata-rata kasus harian melampaui 300 ribu kasus.

"Kalau sampai terjadi seperti di India, pasti aktivitas terpaksa dibatasi. Jika kasus harian mencapai 300 ribu, tidak ada pilian lain karena ini pasti menimbulkan drama kemanusiaan," kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement