Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M Habibullah mengatakan salah satu kesimpangsiuran data disebabkan perbedaan konversi jagung serta luas lahan. Sebagaian besar jagung disajikan dalam produksi nasional memiliki kadar air 27-28 %.

Sementara itu, jagung yang dibutuhkan oleh pasar air adalah jagung dengan kadar air di kisaran 14-15 %. "Bisa jadi informasi yang diterima mengenai produksi bisa beda karena kadar air," tutur Habibullah di sebuah webinar, Kamis (30/9).

Ke depan, BPS akan memperbaiki data pasokan jagung dengan mengumpulkan luas baku jagung serte membedakan kadar air.  Cara ini dilakukan untuk mengetahui volume produksi jagung nasional secara valid sehingga simpang siur data jagung tidak lagi menjadi polemik.

BPS akan memakai 21.965 Kerangka Sample Area (KSA) untuk mengetahui pasokan jagung nasional. Mereka  akan membagi luas panen berdasarkan tiga kategori yakni luas panen jagung hijauan, luas panen muda, dan luas panen jagung pipilan.

"Di lapangan sering kami alami seperti di Gunung Kidul (Yogyakarta), sudah ditanam jagungnya kok hilang. Ternyata jagung dipakai untuk pakan sapi. Ketika diskusi lalu saling klaim karena data bibit yang keluar sekian harusnya hasilnya sekian,"tutur Habibullah,

BPS juga kemudian akan membuat data produksi jagung berdasarkan tiga kategori yakni jagung tongkol kering, jagung pipilan kadar air 28%, serta jagung pipilan kadar air 14%.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Aditya Alta  mengatakan untuk menghindari polemik, Kemendag dan Kementan seharusnya bisa memperjelas dasar dari perhitungan mereka dalam menyampaikan angka produksi ataupun data di pasar.

"Ketika mereka membuat statement sebenarnya mereka mengacu ke data apa sih. Kalau ketersediaan di pasar itu Kemendag sementara Kementan di produksi. Itu bukan excatly ada di pasar. Setelah dari petani itu processing-nya gimana, apa ada penyusutan?" tutur Aditya kepada Katadata, Minggu (3/10).

Bulog Akan Pasok Jagung

Oke Nurwan mengatakan untuk menekan harga jagung, Perum Bulog ditugaskan untuk melakukan pengadaan jagung sebanyak 30 ribu ton. Jagung kemudian akan distribusikan kepada peternak mandiri di gudang peternak dan koperasi dengan harga Rp4.500/kg sesuai harga acuan.

Pengadaan jagung dilakukan dengan optimailisasi produksi dalam negeri merujuk pada stok jagung Kementan yang dinilai cukup.

Keputusan lainnya adalah karena Bulog tidak boleh merugi maka diberikan kompensasi dan margin penugasan sesuai dengan tingkat kewajaran. Margin yang disepakati adalah 10%.

Apabila terdapat selisih harga perolehan Bulog dengan harga penugasan maka selisih harga tersebut akan diganti pemerintah melalui mekanime Dana Cadangan Stabilisasi Harga Pangan(CSHP).

"Ini sudah ditetapkan 30 ribu ton tapi masalahnya jagungnya belum ada," tutur Oke.

Oke menegaskan impor bukanlah pilihan pemerintah saat ini mengingat kebijakan tersebut akan ditentang banyak pihak.

Dengan memperhitungakan harga di negara asal dan pengangkutan, harga jagung impor juga tidak mudah yakni berada di kisaran Rp5.200/kg. Artinya, harga ini masih di atas harga acuan pemerintah.

Harga jagung di pasar internasional juga tengah naik karena ada persoalan kelangkaan kontainer, pandemi Covid-19, dan merangkaknya komoditas lain seperti bungkil kedelai dan soybena meal.

"Kalau kita buka kran impor, ributnya bukan,"tutur Oke.

jagung
Banjir akibat luapan air Bendungan Kalukku, Sulawei Barat, menyebabkan ratusan hektar lahan pertanian jenis tanaman jagung rusak dan dipanen lebih awal
(ANTARA FOTO/ Akbar Tado/foc.)



Kendati sudah menegaskan tidak akan membuka kran impor, sejumlah pihak meminta pemerintah untuk tidak anti impor agar harga segera terkendali.

Ketua Dewan Pembina Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan), Tri Hardiyanto, mengatakan pemerintah bisa mengimpor jagung dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

"Kita impor sedikit saja, tidak usah rame-rame. Petani ga akan maraj dan suplai kembali normal. Yang penting ketersediaan ada sehingga tidak terjad rush," tutur Try,  di sebuah webinar, pekan lalu.

Untuk menghindari kelangkaan yang sama di masa yang akan datang, Ketua Umum Gopan Herry Darmawan mengatakan pemerintah perlu membuat cadangan jagung nasional seperti halnya ada cadangan beras nasional. Langkah ini diperlukan untuk menstabilkan harga jagung baik saat komoditas tersebut harganya turun ataupun naik tajam.

Seperti diketahui, Indonesia sudah memiliki aturan mengenai cadangan beras nasional yang saat ini ditugaskan kepada Bulog. Bulog akan menyerap beras saat harganya turun kemudian melakukan operasi pasar saat harganya naik untuk menstabilkan harga dengan mengeluarkan cadangannya.

Herry mengatakan angka cadangan jagung nasional yang ideal adalah sekitar 500 ribu ton.

Sementara itu, untuk jangka panjang, Aditya mengatakan pemerintah perlu terus memperbaiki konektivitas wilayah agar harga jagung di Indonesia lebih merata. Menurutnya, mengatakan faktor geografi yang luas juga membuat harga jagung di Indonesia tidak bisa seragam.

Harga jagung di sentra produksi seperti di Provinsi Gorontalo berkisar Rp3.800-4.800/kg sementara di pusat peternakan seperti di Jawa Timur harganya mendekati di atas Rp5.000/kg.

Pemerintah juga perlu membantu petani untuk memperbaiki produktivitas jagung nasional. Aditya mengatakan mahalnya jagung lokal tidak bisa dilepaskan dari skala usaha nya yang masih sangat terbatas.

Hampir 90% petani Indonesia hanya memiliki lahan kurang dari dua hektare. Ini berbeda dengan petani Amerika Serikat yang rata-rata adalah petani besar dengan kepemilikan lahan yang lebih dari 2 hektare. "Petani di sini mayoritas, tapi luas lahannya sangat kecil sehingga tidak bisa berinvestasi teknologi dengan baik. Efisiensi kurang dan berada di posisi yang lemah," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement