"BI memang menaikkan suku bunga karena inflasinya tinggi. Tapi saya jamin bunga bank Anda tidak akan naik, caranya? Grojogin saja likuiditas. Agak aneh tidak ada teorinya, tapi ya memang di dunia nyata tidak harus pakai teori, harus ada inovasi," kata Perry dalam seminar Infobank, Rabu (25/1).

Perry menyebut, likuditas perbankan saat ini masih longgar. Hal ini tercermin dari alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang masih tinggi sebesar 31,2%. Ini mengindikasikan bahwa ketersediaan dana bagi perbankan untuk penyaluran kredit atau pembiayaan bagi dunia usaha masih banyak. Dengan demikian, bank seharusnya tidak menaikkan suku bunga kredit. 

Dukungan terutama diberikan BI untuk memastikan pelaku usaha, terutama UMKM tak kesulitan dengan kenaikan bunga kredit. 

Meski demikian, kenaikan bunga acuan BI mulai direspons oleh perbankan dengan menaikkan bunga deposito seperti tergambar dalam databoks di bawah ini. Kenaikan bunga deposito biasanya akan dilanjutkan bank dengan menaikkan bunga kredit.

Meski demikian, kredit UMKM sebenarnya berbeda dengan segmen kredit lainnya. Pemerintah memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bunganya disubsidi untuk memastikan pelaku usaha kecil tetap mendapatkan bunga murah. 

Pemerintah saat ini menetapkan bunga KUR sebesar 3% untuk pinjaman supermikro di bawah Rp 10 juta dan 6% untuk pinjaman kecil Rp 10 juta hingga Rp 500 juta. Bunga tersebut turun dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 sebesar 7%. Namun, pinjaman KUR memiliki plafon yang ditetapkan, yakni Rp 450 triliun pada 2023 dan terbatas penyalurannya oleh bank-bank yang telah ditunjuk. 

 

Gatot adalah salah satu dari pelaku UKM yang tak terlalu terpengaruh kenaikan bunga. Pria yang sehari-harinya berjualan aneka kerupuk hingga sambal siap saji di Pasar Modern Bintaro, Tangerang Selatan tetap mengandalkan bank sebagai penyokong untuk mengembangkan usahanya. Selama 10 tahun merintis usahanya, ia telah beberapa meminjam di bank. 

Pinjaman terakhir yang ditarik Gatot menggunakan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia mendapatkan kreditdengan plafon Rp 50 juta dan bunga 3%. Bunga tersebut diperoleh karena pemerintah sempat memberikan subsidi bunga untuk pinjaman kecil yang berakhir tahun lalu.  

Pengalaman Gatot yang telah berulang kali memperoleh dukungan pembiayaan dari bank menjadi alasannya tetap mengandalkan pinjaman dari bank untuk menyokong usahanya ke depan. Ia tetap akan mengandalkan bank meski nantinya mungkin tak mendapat pinjaman KUR dan memperoleh bunga lebih tinggi. 

"Kalau saya lebih baik pinjam ke bank yang resmi meski bunganya makin tinggi. Ada kepastian dan rasa tanggung jawab untuk bayar, " ujarnya ditemui beberapa waktu lalu.

Senada, Masturoh juga menyebut bunga tinggi tak menyurutkan niatnya menarik pinjaman dari bank. Perempuan yang sehari-harinya menjalankan bisnis produksi variasi mobil di Tegal itu sudah bertahun-tahun mendapat pinjaman usaha dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusumma di Tega.

Sekitar enam bulan lalu, ia juga baru saja menarik pinjaman baru Rp 500 juta untuk membeli mesin-mesin produksi. Ia mendapatkan bunga sebesar 1,6% per bulan atau 19,2% per tahun dari BPR tersebut.

Dengan plafon pinjaman yang relatif besar, kenaikan bunga saat ini tentu akan cukup mempengaruhi keuangan usahanya. Meski demikian, menurut dia, kenaikan suku bunga bukan penghambat untuk mengajukan pinjaman baru.

“Tergantung kondisi usahanya, kalau memang bisnisnya jalan dan menjanjikan, saya berani mengambil biarpun ada kenaikan bunga pinjaman. Kalau posisinya bunga murah tapi tidak ada pesanan, ya tentu tidak ambil kredit,” kata Masturoh.

Rupiah
Ilustrasi. Pemerintah menetapkan plafon KUR sebesar RP 450 triliun pada 2023. (Donang Wahyu|KATADATA)

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto memastikan pihaknya tidak melakukan perubahan bunga kredit untuk segmen UMKM sekalipun bunga pinjaman pendek sudah mulai bergerak. Adapun suku bunga dasar kredit (SBDK) BRI saat ini untuk segmen usaha mikro 14%, kredit ritel 8,25% dan korporasi 8%.

Ia juga memperkirakan penyaluran kredit secara keseluruhan tetap tumbuh meski suku bunga naik. BRI menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini antara 9-11%, dengan proporsi kredit UMKM akan terus didorong hingga 85% pada tahun depan.

"BRI memproyeksikan perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit, mengingat suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional," kata Aestika, Senin (16/1).

Menurutnya, faktor terpenting penentu pertumbuhan kredit yakni konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Dalam beberapa perkiraan, termasuk dari beberapa lembaga internasional, konsumsi rumah tangga Indonesia tahun ini masih akan cukup kuat dna menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha juga masih terus mengkaji potensi penyesuaian bunga usai kenaikan BI rate. Meski demikian, ia masih optimistis penyaluran pinjaman Bank Mandiri ke segmen UMKM masih akan terus tumbuh ke depannya siring digitalisasi yang makin masif.

“Bank Mandiri juga semakin giat melakukan perbaikan proses bisnis internal untuk menggarap peluang, diantaranya melalui kerja sama sinergis dengan fintech atau e-commerce agar dapat menyalurkan sekaligus memitigasi risiko penyaluran kredit UMKM secara digital,” ujarnya, Rabu (18/1).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement