Di sisi lain, David menilai, visi misi yang dipublikasikan tiga pasangan capres dan cawapres juga belum memberikan gambaran jelas terkait upaya mereka untuk membiayai program-program yang dijanjikan. “Banyak program kerja yang dijanjikan, tapi bagaimana pembiayaannya? Mendorong penerimaan negaranya seperti apa?,” katanya. 

Ketua Tim Pemenangan Ganjar - Mahfud Arsjad Rasjid yang sedang cuti dari posisi Ketua Kadin menjelaskan, Indonesia perlu tumbuh tinggi untuk menjadi negara maju. Namun, waktu yang dimiliki untuk tumbuh tinggi saat ini cukup sempit mengingat b0nus demografi Indonesia akan mencapai puncaknya pada 2030 dan kemudian perlahan bergeser menjadi negara populasi menua dalam 10-15 tahun. 

"Kita tidak punya banyak waktu, jadi memang harus tumbuh tinggi dan memastikan menjadi negara maju," ujar Arsjad saat berbincang dengan Om Why dalam program baru podcast Katadata, Gultik-Pergulatan Politik yang dirilis Jumat (28/10).

Ia menjelaskan, bukan hal yang mustahil mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Beberapa daerah sudah membuktikan mampu tumbuh di atas 7%."Tinggal bagaimana  melaksanakan pemerataan," ujarnya.

Presiden makan siang bersama tiga bacapres
Presiden makan siang bersama tiga bacapres (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.)

Butuh Peta Jalan Industri 

Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencapai 7% sempat dijanjikan Presiden Joko Widodo saat kampanye pada Pilpres 2019. Salah satu strategi yang dijanjikan Jokowi kala itu adalah pembangunan infrastruktur secara masif. 

Meski pembangunan infrastruktur memang gencar dilakukan dalam satu dekade pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tak pernah mencapai di atas 5%.

Ekonom senior Piter Abdullah melihat kegagalan Presiden Jokowi untuk melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi meski berhasil membangun infrastruktur disebabkan oleh inefisiensi pada investasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara tambahan output dengan tambahan modal yang sangat tinggi. 

"Sekitar 6 sementara negara peer hanya dikisaran 4. Tingginya ICOR antara lain disebabkan masih maraknya korupsi (KKN) dan lemahnya penegakan hukum,” kata dia kepada Katadata.co.id.

Menurut Piter,  percepatan pertumbuhan ekonomi hanya  dapat dilakukan jika indonesia melakukan perubahan substantif pada sistem ekonomi untuk menurunkan tingkat ICOR. 

"Banyak sekali yang harus dilakukan. Tapi intinya, perbaiki sistem korup yang menyebabkan perekonomian menjadi tidak efisien. Ini syarat mutlak," ujarnya.

Ia menilai, target pertumbuhan ekonomi para capres - cawapres yang tinggi hanya dapat dicapai jika gal tersebut dilakukan. Ia.juga menekankan pentingnya mencapai rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7% untuk menjadi negara maju. 

Sementara itu, David Sumual menilai tak tercapainya pertumbuhan ekonomi 7% di masa pemerintahan Jokowi disebabkan karena Indonesia tak memiliki peta jalan industri yang jelas. 

"Perlu peta jalan kebiajakan industri. Infrastruktur sudah, tapi investasi belum. Kita juga harus fokus membangun ekosistem industri yang kita kuasai," kata dia. 

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Adhi Lukman juga menilai salah satu yang diharapkan pengusaha pada pemimpin yang akan datang adalah sinkronisasi regulasi dan kebijakan dari hulu dan hilir. Ini dibutuhkan untuk mendorong kontribusi industri terhadap ekonomi domestik.

"Kami ingin presiden dan wapres punya visi membangun industri sebagai lokomotif pembangunan dan mendorong sinkronisasi ke semua sektor. Kita bisa lihat Korea dan Jepang maju dengan menggandeng semua sektor industri," ujar Adhi kepada Katadata.co.id. 

Selain itu, Adhi berhara pasangan capres - cawapres yang terpilih dapat melanjutkan kebijakan pembangunan yang telah berjalan dan memastikan suasana kondusif agar ekonomi tak terganggu. "Di luar negeri juga perlu menjaga kedigdayaan Indonesia," kata dia. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement