Tantangan Ekonomi Bukan Sekadar Pulih

Pingit Aria
27 Februari 2021, 08:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Katadata/Joshua Siringo ringo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Pasar ekspor belum pulih karena permintaan dunia belum recover. Tapi kemudian kita sudah mulai melihat konsumsi sudah mulai sedikit membaik walaupun belum masuk ke zona positif.

Investasi sudah mulai masuk. Walaupun kita lihat kredit di perbankan masih negatif, tapi mereka bilang 2021 akan ekspansi lagi. Capital market sudah mulai bullish.

Saat nanti sudah mulai pulih, artinya kita harus konsolidasi lagi. Karena APBN kerja ekstra keras, kalau kita tidak hati-hati bisa jebol sendiri. Jadi kami berharap perekonomian akan kembali kuat, maka kami akan konsolidasi untuk memperbaiki lagi postur APBN.

Saya minta sama Dirjen Pajak, coba basis pajak kita diperkuat. Nanti begitu mereka recover, kita bisa langsung dapat penerimaan karena kita harus menyehatkan APBN lagi.

Di antara sektor usaha yang terpukul paling keras adalah otomotif dan pariwisata. Bagaimana pemerintah menyikapinya?

Kita bicara tentang otomotif. Tadinya saya mengatakan, hati-hati dulu (pelonggaran pajak 0%) karena kita lihat antara mobil baru dengan mobil bekas ini ada perbedaannya. Tapi, kalau kita nyungsep-nya terlalu dalam, naiknya lagi akan sulit.

Industri otomotif kita termasuk industri yang penting, tidak hanya dari sisi penciptaan lapangan pekerjaan tapi juga ekspor dan yang lain-lain. Makanya, kita perlu menciptakan stimulus untuk menaikkan permintaan. Karena itulah  kami membuat pembebasan PPnBM untuk mobil yang konten lokalnya tinggi.

Di sektor pariwisata, pemerintah melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Kesehatan menjadikan hotel-hotel sebagai tempat isolasi mandiri atau tempat menginap tenaga kesehatan. Hal-hal seperti itu kami coba urai satu demi satu.

Otomotif
Otomotif (Katadata)

Sejauh mana upaya vaksinasi sebagai game changer pandemi ini?

Dalam pemulihan ekonomi, vaksinasi memang berperan penting. Maka yang tadinya pemerintah menetapkan vaksin 50% gratis dan 50% mandiri.

Presiden kemudian mendengar dari WHO dan melihat praktiknya di seluruh dunia. Kalau diumumkan seperti itu (berbayar), orang mungkin tidak akan mau vaksinasi dengan alasan tidak punya uang. Maka langsung diumumkan gratis. Jadi tidak ada alasan orang tidak bisa ikut vaksinasi. Halangan itu harus dihilangkan dulu.

Setelah diumumkan bahwa ini semuanya gratis, dan pasokan vaksinnya diatur pemerintah, muncul lagi ide. Beberapa perusahaan bilang, ‘saya pengen bantu pemerintah. Bisa tidak kami mengadakan vaksin asal diperbolehkan?’ Maka, vaksinasi mandiri muncul lagi. Ini yang menggambarkan berbagai macam policy adjustment dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang memang sangat dinamis.

Bakal seperti apa dampaknya terhadap pemulihan ekonomi?

Nah, pemulihan ekonomi, kami berharap mulai muncul di kuartal kedua. Kenapa belum terjadi di kuartal I? Ya karena kemarin tiba-tiba eskalasi kasus Covid-19 makin tinggi sesudah liburan akhir tahun dan awal tahun. Kemudian pemerintah buat PPKM, pembatasan secara mikro. Ini pasti ada konsekuensinya, meski diharapkan tidak terlalu besar.

Sementara itu, upaya pemulihan ekonomi melalui kebijakan fiskal tetap kami lakukan secara cukup agresif.

Kuartal kedua kita harapkan nanti pertumbuhan ekonominya bisa recover jauh lebih cepat karena basisnya tahun lalu juga sedang menurun di minus 5,3. Ini momentumnya kita harapkan terjadi sampai akhir tahun.

Bagaimana dengan pembenahan masalah-masalah fundamental agar ekonomi Indonesia lebih kuat pasca-pandemi?

Kita harus memikirkan isu fundamental Indonesia itu apa sih. Kami sudah mengidentifikasi. Indonesia, meski tidak ada Covid-19, menghadapi potensi ancaman middle income trap. Ini seperti yang terjadi dengan Amerika Latin selama 20 tahun.

Ada empat hal, yakni sumber daya manusianya, infrastruktur, yang ketiga regulasi dan yang keempat birokrasi. Semuanya tidak ada yang mudah. Karena itu, walaupun sibuk dengan Covid-19, kita tetap bikin Undang-Undang Cipta Kerja. Kita tetap mengerjakan pekerjaan rumah yang fundamental tadi.

Jadi pemerintah tetap menyiapkan ease of doing business, infrastruktur tetap digeber. Pemerintah bikin SWF (sovereign wealth fund) agar bisa mengundang equity balancing lebih banyak.

Indonesia sumber pertumbuhannya dari mana? Ya bukan dari mencetak uang dan bukan dari defisit APBN, tapi kita kerja keras. Apa kerja kerasnya, dilihat dari Undang-Undang Cipta Kerja. Memperbaiki ease of doing business itu bukan pekerjaan gampang. Paling gampang itu dengan mencetak uang, sama dengan yang dilakukan oleh negara-negara maju.

Ini hanya untuk melindungi Indonesia tidak jatuh, sehingga kita semua bisa bekerja lagi. Ayo  bangun lagi infrastruktur, ayo perbaiki lagi kebijakan sektoral, perdagangan, investasi, SDM kita, kesehatan kita, pendidikan kita. Itu semua kita perbaiki.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...