Laju Vaksinasi Covid-19 Diturunkan Sambil Menunggu Pasokan

Image title
25 April 2021, 09:30
Wawancara Menkes Budi Gunadi Sadikin
Katadata | Joshua Siringoringo
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

Ada lima sumber vaksin untuk Indonesia. Pertama, yang paling besar itu Sinovac dari Cina, rencana 125 jutaan dari mereka. Sumber kedua, AstraZeneca lewat proses bilateral, langsung dengan Astrazeneca-nya itu sekitar 50 jutaan.

Kemudian ketiga, kami berharap ada AstraZeneca yang multilateral, yang gratis berasal dari WHO, perkiraannya mendapat 100 jutaan. Jenisnya sama, Astrazeneca, cuma sumbernya berbeda. Keempat, ada Novavax dari Kanada-Amerika sebanyak 50 jutaan dan Pfizer itu dari Amerika juga 50 juta dosis.

Sayangnya, AstraZeneca jadi yang paling besar sekarang, totalnya 150 juta yang bilateral dan multilateral. Itu keduanya terganggu. Memang kalau yang bilateral jadwalnya lebih banyak masuk ke Indonesia di Juni, dan yang gratis (dari WHO) baru masuk di Mei.

Kalau tidak ada masalah, seharusnya berapa yang didapat Indonesia sekarang?

Apri-Mei ini seharusnya vaksin yang masuk ke Indonesia mencapai 11 juta dosis, tapi realisasinya hanya 1 juta dosis. April yang paling kritis, karena hilang 10 juta suplainya dari target.

Rencana awalnya di Maret 15 juta, April 15 juta ketersediaannya. Jadi, kalau dibagi 30 hari kan pas 500 ribu per hari. Nah, kalau sekarang suplainya cuma 5 juta, dalam 10 hari bisa abis.

Ada sudah ada upaya negosiasi dengan pemasok vaksin?

Negosiasi pertama yang sudah ada itu dengan Astrazeneca. Begitu yang multilateral terganggu, yang bilateralnya juga terganggu. Jadi kita kena dua kali, yang tadinya mereka janji 50 juta setahun, sekarang mereka mundur hanya bisa 20 juta di tahun ini. Sisanya 30 juta lagi di tahun berikutnya. Itu yang membuat kami kesusahan merealisasikan rencana vaksinasi.

Sudah menyiapkan strategi untuk mengatasi ini?

Strategi pertama kami, bernegosiasi kembali. Kenapa yang awalnya sudah ditetapkan sekian, kenapa bisa berubah?

Kami melihat ada vaksin Tiongkok yang konsisten. Walaupun Tiongkok juga begitu melihat Amerika dan India, langsung bereaksi. Sekarang mereka juga jadi piket dua kali, sedang kencang-kencangnya vaksinasi di negaranya.

Untuk teman-teman ketahui, dari lima negara produsen vaksin, Amerika hanya memproduksi vaksin di dalam negeri, tidak boleh keluar (ekspor). Inggris juga sama. Masalahnya India juga bisa melakukan seperti Amerika dan Inggris. Tiongkok juga ada kemungkinan bisa begitu.

Jadi, saat India ditantang (karena terjadi lonjakan kasus Covid-19), kamu kenapa berhenti ekspor? Alasannya, Inggris sama Amerika pun tidak apa-apa.

Strategi kedua adalah untuk nilai. Kita negosiasi untuk memastikan agar jangan berubah juga. Karena perkembangannya jadi dinamis lagi saat ini. Oh, India boleh begitu, kita begini juga, kita gak eksport juga. Dinamika geopolitik vaksin menjadi kental sekali. Jadi kami mencoba mengamankan.

Strategi ketiga, sudah mulai vaksin Gotong Royong yang diberikan gratis ke karyawan, tapi atas nama perusahaan. Kami mendorong teman-teman di BUMN dan Kadin yang ada di depan untuk vaksin Gotong Royong ini. Kami akan membantu selesaikan apa-apa masalahnya, sudah bisa lebih cepat. Sebenarnya ini bukan program pemerintah, tapi kalau mereka bisa masuk, setidaknya ada suplai vaksin yang baru.

Srategi yang keempat, kami ingin memastikan peluang tambahan pasokan vaksin. Kan cuma India yang sudah tutup, tinggal Tiongkok. Rusia juga sedang memulai pendekatan dengan vaksin Gotong Royong. Amerika, saya dengar mereka mempercepat penyelesaian di negaranya. Mereka kemungkinan melepas ekspor di semester kedua. Mungkin agak mundur, tapi mungkin kita masih bisa dapat dari Amerika.

Soal vaksin Sputnik dari Rusia, proses negosiasi atau peluangnya bagaimana?

Kalau untuk program vaksin pemerintah, sudah ditetapkan dari empat sumber. Jadi, apapun merk vaksin baru, nanti masuknya vaksin gotong royong. Leadernya adalah Biofarma dan Kadin. Setahu saya mereka sedang dalam proses negosiasi dengan Biofarma dan Kadin.

Sudah ada persetujuan dari Kementerian Kesehatan?

Prinsipnya, selama vaksin tersebut terdaftar di WHO dan disetujui oleh BPOM, maka kami juga setuju. Mengenai jumlah dan harganya, kami juga harus menyetujui itu.

Saya sudah bilang kepada Kementerian BUMN dan Kadin, kalau sudah sepakat harga dan jumlahnya, dalam dua hari saya keluarkan keputusan menterinya. Karena itu kan bener-bener business to business dan uangnya tidak memakai uang negara. Saya sebagai regulator hanya memberi persetujuan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...