Presidensi G20 Indonesia Tidak Sekadar Ngobrol, Ada Aksinya

Redaksi
Oleh Redaksi
16 November 2022, 10:26
Arsjad Rasjid
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid

Itu kenapa kami membuat supaya ada proses continuation. Kami sudah bicara dengan India. India setuju untuk meneruskan.

India sebagai presidensi berikutnya?

Iya. Ini penting sekali, dan nanti setelah itu Brazil, lalu Afrika Selatan. Ini semua negara berkembang. Dan kelihatannya, isu dari negara berkembang akan terus, apa yang sudah dibuat akan dikembangkan, langsung aksi. Kalau nanti India akan menambah legacy-nya, monggo. Tapi ini berjalan, tidak diam.

Hal-hal lain yang juga krusial untuk dikedepankan?

Salah satu hal yang juga paling penting adalah mengenai mindset. Apa new mindset itu? Saya bilang ada 5P.

Pertama adalah peace, kedamaian; kedua prosperity, kesejahteraan; ketiga people, manusia; keempat planet, kelima partnership atau perjanjian. Lima ini penting untuk mindset yang harus berubah.

Kalau tidak ada kedamaian, bagaimana kita mau bicarakan economic development? Kedamaian itu core-nya, yang membuat konflik terjadi, adalah kesejahteraan. Semua manusia harus diberikan kesejahteraan. Di sisi inilah kerja sama antara negara kaya dan negara berkembang dan miskin untuk bersama-sama melakukan hal ini.

Yang ketiga adalah people atau manusia. Ini penting karena kita melakukan ini buat siapa? Buat rakyat, manusia. Di sini dipastikan bagaimana masalah pendidikan equitable. Jangan sampai ada satu negara lebih baik dari pendidikan dari negara lain. Untuk itu harus sharing, harus kerja sama. Jadi, bukan hanya berpikir ekonomi. Misal, vaksin harus sama-sama sharing technology supaya bisa didapat semua.

Keempat, kita juga bicara planet. Di dunia kita terpisah-pisah oleh perbatasan, tapi satu bumi. Kalau kita bicara bumi, kita bicara udara. Apa bisa kita dipisahkan oleh climate di antara satu negara dengan negara lain? Tidak bisa. Dalam konteks ini, revolusi industri pertama, kedua, dan sekarang keempat menghasilkan karbonisasi.

Dan sekarang bicara dekarbonisasi, nggak masalah. Negara berkembang seperti Indonesia siap. Kita sudah buat komitmen 2060, nah itu jangan didikte caranya. Karena karakteristik negara-negara berbeda-beda, dan caranya berbeda-beda. Yang harus dilakukan adalah negara berkembang harus bisa membantu masalah ini.

Padahal pembangunan melalui revolusi industri sudah lama dilakukan oleh negara maju ya?

Selama ini, mereka melakukan pembangunan dengan karbonisasi, sekarang kita dekarbonisasi dan biayanya enggak murah. Sharing dong technology-nya, bagaimana supaya technology-nya bisa lebih murah dan kita bisa melakukannya dengan lebih cepat lagi.

Kelima bicara partnership, ini penting sekali. Partnership atau perjanjian antara semua ini harus dilakukan dengan value. Kami bilang value Indonesia namanya gotong royong. Jadi, kalau bicara collaborate secara inclusive, tidak ada orang yang tertinggal. Itulah yang Indonesia lakukan. Kalau ada rakyat yang belum dapat listrik, bagimana affordability supaya bisa membayar listrik.

Nah dari itu semua, 5P ini bisa terjadi dengan satu fondasi lagi, nilai Indonesia, namanya Bhinneka Tunggal Ika, unity in diversity. Kita boleh mempunyai perbedaan tapi harus tetap bersatu. Inilah yang dibutuhkan dunia.

Dengan bermacam isu dan berbagai dinamakanya, apa respons negara-negara maju, seperti Amerika, Eropa, dan Cina?

Saya bangga sekali dan Insya Allah, Tuhan berkati semua. Komunike dari B20 akan keluar. Berarti, the business community negara-negara G20 ada satu kesepakatan. Semua setuju untuk bekerja sama. Title B20 itu sustainable growth dengan innovative growth dengan proses inclusiveness dan collaboration.

Ini value yang kami bawa pada semua dan semua setuju. Kami kan bicara ekonomi, kalau tidak ada stabilitas, bagaimana? Dan kami sebagai agent of change untuk kesejahteraan. Kalau ekonomi bagus, rakyat akan sejahtera. 

Di sisi lain memang ada perubahan struktur dari supply chain dunia. Pasti ada perubahan dan Indonesia ingin jadi bagian dari itu. Contoh, ekosistem kendaraan listrik. Kami bisa jadi bagian dari supply chain dunia. Selain itu, dari konteks transisi energi, banyak diskusi dengan negara maju yang selama ini keras. 

Untuk memenuhi agenda dekarbonisasi industri di sektor swasta di Indonesia, seperti apa perjalanannya?

Ini PR besar. Makanya, waktu kami melakukan komitmen 2060 net zero emission di COP26, pemerintah dan kami mewakili dunia usaha, Indonesia Incorporated. Kita beruntung memiliki presiden yang visioner tapi memiliki hati kepada rakyat.

Kami membikin Kadin Net Zero Hub. Kami menggelar forum Net Zero Hub kemarin di Bali, bagian dari B20. Untuk apa? Kami harus men-define peta menuju net zero. Karena apa? Setiap sektor punya tantangan yang berbeda, jadi harus dibuat yang roadmap.

Untuk yang besar, menengah, dan kecil itu juga berbeda, ada subsector-nya. Kadin Net Zero Hub ini untuk membuat awareness semua, terutama untuk UMKM. Habis itu membicarakan cara menghitungnya. Jangan dibuat complicated. Ini yang harus dilakukan Indonesia juga, harus menjadi pemimpin. Kami memastikan untuk mengajak perusahaan besar. “Ayo Anda bisa dulu, bisa dulu.” 

Itulah yang bisa kami lakukan. Salah satu yang juga harus pikirkan dan menjadi strategi kita yakni mendorong apa yang Pak Jokowi katakan, melakukan elektrifikasi kendaran. Kalau agenda ini bisa kita usahakan secara besar, apa yang terjadi? Subsidi fuel atau minyak di Indonesia bakal turun. Yang kedua kita juga mengurangi emisi karbon.

Kalua leading, kita bisa membuat ekosistem, membuat supply chain. Jadi strategi-strategi seperti ini yang penting buat Indonesia selain harus men-define semuanya dan Kadin Indonesia melaksanakan itu, tidak sendiri, tapi juga gotong royong. Kami ajak asosiasi, dan inklusifnya kami ajak teman NGO, pekerja dan buruh karena kita bicara productivity, bukan hanya UMR tapi produktivitas.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...