RSPO Dorong Petani Berlembaga agar Kesejahteraan Meningkat

Fitria Nurhayati
29 Januari 2023, 07:00
RSPO Siap Jadi Organisasi Bidang Sustainability Terdepan di Dunia
Katadata

Bagaimana kondisi terkini para petani yang masuk jangkauan RSPO?

Saat ini secara global, kami memiliki 162 ribu petani swadaya beserta dengan keluarganya. Sedangkan di Indonesia, jumlahnya mencapai 2,6 juta petani swadaya. Masih banyak sekali petani yang belum masuk jangkauan kami.

Kami memikirkan cara yang tepat untuk bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia agar semakin banyak petani swadaya bisa menerapkan praktik berkebun secara berkelanjutan. Dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, misalnya, kami akan berkolaborasi meningkatkan produktivitas perkebunan.

Kami juga bekerja sama dengan pemerintah daerah. Contohnya, kami membantu Pemda Jambi meningkatkan sertifikasi ISPO pada petani swadaya. Apabila di antara mereka mau menindaklunjuti sertifikasi dengan RSPO dan menjadi anggota, bisa kami tindaklanjuti. Kolaborasi dengan berbagai stakeholder ini menjadi penting, sebab RSPO tidak bisa bergerak sendiri. 

Apakah sudah ada MoU untuk ini?

Untuk MoU belum ada. Namun, beberapa waktu lalu kami berdiskusi dengan tim ISPO dalam acara G20 di Bali. Kami menyampaikan bahwa jika RSPO dan ISPO berkolaborasi, ini merupakan hal yang baik. Kami mendiskusikan hal-hal teknis, berbagi pengalaman, membandingkan standar masing-masing, untuk melihat peluang kami bisa bekerja sama.

Menurut kami penting untuk bisa berkolaborasi dengan ISPO sebab tujuan kami sama. ISPO menginginkan industri sawit di Indonesia lebih berkelanjutan, mau mendukung petani swadaya. Ini hal yang sama seperti yang RSPO lakukan.

RSPO dan ISPO juga mirip sebab memiliki anggota yang sama, sebut saja Musim Mas, Asian Agri, Golden Agri, dan lainnya. Mereka punya banyak pengalaman. Menurut saya, ini bisa jadi peluang untuk kolaborasi. 

Deforestasi di Indonesia masih jadi topik yang banyak dibicarakan. Seringkali deforestasi dihubungkan dengan industri sawit. Bagaimana RSPO menjaga anggotanya untuk tidak melakukan deforestasi?

Kami memiliki PalmTrace sebagai sistem untuk melacak rantai pasok dan kemungkinan deforestasi oleh anggota kami. Ada juga organisasi lain yaitu Chain Reaction Research. Mereka melakukan banyak analisis menggunakan remote sensing terkait deforestasi.

Rata-rata deforestasi di Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini sudah banyak berkurang. Dalam beberapa tahun terakhir, harga minyak sawit naik, permintaan untuk minyak sawit juga meningkat. Ketika permintaan minyak sawit meningkat, deforestasi juga biasanya meningkat.

Tapi dalam dua sampai tiga tahun terakhir, kajian dari Chain Reaction Research menunjukkan bahwa meski permintaan meningkat, deforestasi tidak langsung meningkat. Ini merupakan tanda positif bahwa konektivitas antara permintaan dan deforestasi tidak lagi sekuat dulu.

Dari sisi kami, standar RSPO memberikan impact yang besar bagi para anggota. Sejak 2018, tidak ada lagi member kami melakukan deforestasi. Kebijakan nasional seperti moratorium sawit juga memiliki efek yang kuat bagi para member.

Terkait market, orang masih berpikir Eropa adalah target market terbesar. Bagaimana seharusnya Indoensia menanggapi ini?

Terkadang, produsen dan pihak-pihak dalam industri sawit terjebak pada narasi bahwa sustainability dilakukan agar bisa masuk pasar internasional. Padahal nilai sesungguhnya dari penerapan sustainability ini untuk penduduk di negeri itu sendiri.

Ketika produsen sawit Indonesia menerapkan praktik berkelanjutan, itu sedang menjaga lingkungan Indonesia. Jika melindungi hak-hak buruh dalam industri sawit, itu sedang menjaga pekerja Indonesia. Jika menjadikan produksi sawit lebih menguntungkan, penghasilan itu pun untuk produsen di Indonesia.

Pola pikir itu menjadi penting untuk dipahami konsumen minyak sawit Indonesia, sehingga mereka juga bisa melobi produsen sawit untuk menerapkan praktik berkebun secara berkelanjutan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...