Harga Emas Menuju US$ 1.900 di Tengah Tren Inflasi dan Suku Bunga AS

Intan Nirmala Sari
16 Juli 2021, 09:34
Petugas memperlihatkan emas di salah satu pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2020). Harga emas harga emas Antam yang dijual di Pegadaian kembali naik Rp 18.000 untuk ukuran 1 gram menjadi Rp 1.030.000.
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas memperlihatkan emas di salah satu pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2020). Harga emas harga emas Antam yang dijual di Pegadaian kembali naik Rp 18.000 untuk ukuran 1 gram menjadi Rp 1.030.000.

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk akhir pekan naik Rp 3.000 per gram ke level Rp 956 ribu per gram. Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau pembelian kembali emas Antam naik Rp 4.000 ke level Rp 854 ribu per gram pada Jumat (16/7).

Sementara itu, melansir Bloomberg pada perdagangan pagi ini, harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Agustus 2021 naik 0,04% ke level US$ 1.829 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,02% ke level US$ 1.829 per troy ons. Adapun untuk indeks dolar AS spot turun 0,05% ke 92,6.

Melansir Reuters, harga emas menunjukkan tren kenaikkan didukung sikap Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell untuk mendukung ekonomi dan menilai inflasi tinggi hanya bersifat sementara. Dia menekankan janjinya untuk terus mendukung perekonomian Amerika Serikat (AS).

Sebagai informasi, stimulus besar cenderung menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga emas. Mengingat, sifat emas sebagai aset lindung nilai atau safe haven sering dijadikan pilihan investasi di tengah tingginya inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters, The Fed diperkirakan baru akan mengurangi program stimulus belanja asetnya di akhir 2022. Sedangkan beberapa ekonom memprediksi kenaikan suku bunga acuan bakal terjadi di awal tahun depan, di tengah risiko kemunculan varian baru Covid-19.

Di sisi lain, kondisi ekonomi Tiongkok yang tumbuh lebih lambat dari harapan pelaku pasar. Kondisi tersebut membuat pelaku pasar menilai Negeri Panda perlu berbuat lebih banyak untuk mendukung pemulihan ekonominya.

“Secara global, varian Delta memanas. Sementara ekonomi Tiongkok sedikit lambat dan memicu kekhawatiran tentang pasar ekuitas global, sehingga pasar beralih ke emas dan perak,” kata Ahli strategi pasar senior RJO Futures Bob Haberkorn dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

Kepala pedagang US Global Investors Michael Matousek memprediksi harga emas bisa menuju level US$ 1.900 per troy ons beberapa bulan ke depan. Hal itu dudkung potensi imbal hasil emas yang naik di tengah tren suku bunga rendah dan inflasi yang tinggi.

Indeks dolar AS yang perkasa akan menekan daya tarik aset lindung nilai seperti emas, karena biaya kepemilikan akan menjadi lebih mahal. Begitu juga dengan kebijakan suku bunga naik akan meredupkan pamor logam kuning tersebut, lantaran investor lebih tertarik melirik aset dengan imbal hasil (return) yang lebih tinggi, seperti saham.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...