Diganjal Dolar AS, Harga Emas Naik Ditopang Sentimen Covid-19

Intan Nirmala Sari
20 Agustus 2021, 09:27
harga emas, dolar AS, amerika serikat, the federal reserve, investasi, covid-19, berita hari ini
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020). Pengusaha emas setempat mengaku kenaikan harga emas Antam terutama untuk berat satu gram yang mencapai rekor tertinggi yakni Rp819.000, membuat permintaan logam mulia tersebut menurun sekitar 15 persen.

Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terus menekan potensi kenaikan harga emas di akhir pekan ini (20/8). Meskipun begitu, kekhawatiran pelaku pasar akan penyebaran kasus Covid-19 varian Delta dapat menunda pemulihan ekonomi global, menjadi sentimen pendorong permintaan emas.

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk turun Rp 1.000 ke level Rp 945 ribu per gram pada perdagangan hari ini (20/8). Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau harga jual emas juga turun ke level Rp 826 ribu per gram.

Sementara itu, melansir Bloomberg pada perdagangan pagi ini, harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Desember 2021 naik 0,10% ke level US$ 1.784,8 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,20% ke level US$ 1.783,8 per troy ons. Adapun untuk indeks dolar AS spot naik 0,04% ke 93,52.

Melansir Reuters, indeks dolar AS masih bertahan di kisaran level tertingginya sejak Sembilan bulan terakhir. Kenaikan tersebut membuat daya tarik emas redup bagi pemegang emas pemegang mata uang lainnya.

Harga emas dan pergerakan indeks dolar AS saling berkaitan. Keduanya dianggap sebagai aset lindung nilai ketika kondisi ekonomi dan politik menghadapi ketidakpastian. Indeks dolar AS yang tinggi akan berdampak pada besarnya biaya kepemilikan emas, sehingga mampu menekan harga logam kuning tersebut.

Sentimen pendorong kenaikan indeks dolar AS berasal dari sinyal Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneter tahun ini. “Satu-satunya hal yang belum jelas adalah, kapan tapering (pengetatan moneter) ini terjadi. Meskipun demikian tapering memberikan nilai bagi emas,”kata Analis Commerzbank Danile Briesemann dilansir dari Reuters, Kamis (19/8).

Sebelumnya, data Negeri Paman Sam menunjukkan jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam 17 pekan terakhir. Kondisi tersebut menyoroti pandangan terbaru The Fed terkait pemulihan pasar tenaga kerja AS.

Pekan depan, Gubernur The Fed Jerome Powell akan berbicara mengenai prospek ekonomi pada symposium Jackson Hole, Wyoming. Beberapa anali memperkirakan The Fed akan menyusun peta jalan yang lebih jelas terkai rencana pengetatan kebijakan moneternya.

Analis OANDA Craig Erlam menilai pembicaraan tapering AS dan kekhawatiran atas meningkatnya kasus Covid-19 varian Delta akan meningkatkan risiko di pasar keuangan lebih luas. Kondisi tersebut diyakini akan mendorong investor untuk masuk ke aset lindung nilai atau safe haven seperti emas.

“Emas tentu diuntungkan dengan statusnya sebagai safe haven. Sementara pasar ekuitas jatuh berat, emas kembali diminati seiring kekhawatiran kasus Covid-19,” ujar Erlam.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...