Adaro Minerals, Emiten Pertama di BEI dengan Area Greenfields Raksasa

Amelia Yesidora
10 Februari 2022, 08:10
Adaro Minerals, Emiten Pertama di BEI dengan Area Greenfields Raksasa
Muhammad Zaenuddin|Katadata

Anak usaha Adaro Energy, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, resmi menjadi perusahaan pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia awal tahun ini. Adaro Minerals menawarkan saham perdana alias initial public offering (IPO) pada 3 Januari dengan kode saham ADMR.

Sejak ADMR dirilis di papan BEI, harganya sudah elonjak lebih dari 1.000 %. Berdasarkan penutupan perdagangan Rabu (9/2) harga saham ADMR naik 1.065 % dari harga IPO ke level 1.165 per lembar saham.

Namun, berdasarkan data RTI Business harga saham Adaro Minerals Rabu (9/2) justru ditutup koreksi 5,28 % dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Total kapitalisasi pasar saham ADMR pada penutupan yakni Rp 47,63 triliun. Level tersebut cenderung turun dibandingkan capaian per Jumat (4/1) di mana market cap  masih di level Rp 50,7 triliun. 

Antusiasme masyarakat akan kehadiran Adaro Minerals di papan bursa Tanah Air membuat emiten ini sempat disuspensi hingga beberapa kali. Pertama, pada 13 Januari 2022, kemudian 25 hingga 27 Januari 2022. Aksi suspensi tersebut dilakukan lantaran dalam dua minggu harga saham ADMR terus naik tanpa pernah turun.

Porsi kepemilikan ADMR terbesar dimiliki oleh induk usaha, yaitu PT Adaro Energy (ADRO) sebanyak 28 miliar lembar saham atau setara 68,5 %. Sementara kepemilikan publik 15 %, kemudian anak usaha Adaro Energy, PT Adaro Mining Technologies, menguasai 3,61 miliar saham atau setara 8,83 %. Adapun PT Alam Tri Abadi, anak usaha ADRO yang lain, menggenggam 2,6 miiliar lembar atau setara 6,46 %.

Prospektus perusahaan itu menyebutkan, saat melepas 15 % saham atau sekitar 6,04 miliar lembar saham ke publik, harga yang ditawarkan Rp 100 per lembar. Alhasil, perusahaan milik Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir mampu mengantongi dana Rp 604 miliar.

Sebanyak 58,8 % dari dana IPO Adaro Minerals Indonesia rencananya digunakan untuk pemberian pinjaman kepada perusahaan anak, yaitu PT Maruwai Coal (MC). Pinjaman tersebut, nantinya dialokasikan untuk belanja modal berupa perbaikan dan peningkatan infrastruktur pertambangan batu bara dan infrastruktur pendukung.

Dana IPO itu juga untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman dari perusahaan induknya, yaitu Adaro Energy. Tercatat jumlah utang ADMR kepada ADRO sebesar US$ 186,9 juta atau setara Rp 2,69 triliun (kurs Rp 14.400).

Adaro Minerals Hadir Berkat Akuisisi 

Batu Bara Kembali Diekspor Ssecara Bertahap
Batu Bara Kembali Diekspor Ssecara Bertahap (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.)

 

Semula, perusahaan tambang milik Adaro ini bernama PT Jasapower Indonesia dan berdiri sejak 25 September 2007. Tiga tahun sejak berdiri, lima perusahaan pemegang saham Jasapower yakni Lahai Coal (LC), Maruwai Coal (MC), Sumber Barito Coal (SBC), Kalteng Coal (KC), dan Juloi Coal (JC) melakukan divestasi kepada Jasapower. Sehingga, kepemilikan saham Jasapower menjadi 25 %.

Pada 2015, Jasapower melalui LC memproduksi batu bara jenis Semi Soft Coking Coal (SSCC) yang dikenal dengan nama Haju. Setahun kemudian, kelima perusahaan pemegang saham ini kembali melakukan divestasi, sehingga kepemilikan saham Jasapower menjadi 99 %.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...