Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Animo Belanja Online Tak Surut Meski Tertekan Pandemi? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Animo Belanja Online Tak Surut Meski Tertekan Pandemi?

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Berbagai promosi dan diskon harga di e-commerce membuat masyarakat tertarik berbelanja online saat Harbolnas 12.12. Padahal, pendapatan masyarakat menurun akibat resesi ekonomi selama pandemi Covid-19.
Cindy Mutia Annur
15 Desember 2020, 17.35
Button AI Summarize

Pandemi Covid-19 yang memicu resesi ekonomi ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat mengikuti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember 2020. Hal ini terlihat dari Shopee yang mencatatkan 3 juta kunjungan dalam satu jam pertama gelaran tersebut.

Catatan kunjungan pengguna ke Shopee tersebut meningkat hingga delapan kali lipat dibandingkan Harbolnas 12.12 pada 2019. E-commerce ini pun berhasil menjual 12 juta produk dalam waktu 24 menit pertama Harbolnas 2020.

“Rekor penjualan tertinggi di satu juta produk terjual dalam satu menit,” kata Direktur Shopee Indonesia, Christin Djuarto, dalam jumpa pers secara virtual, Senin (14/12).

Rekor lain yang berhasil dicetak Shopee, menurut Christin, adalah penjualan 4 ribu produk perawatan wajah atau kecantikan setiap menit pada 12 Desember. Produk yang banyak dibeli adalah masker wajah dan lipbalm atau pelembab bibir.

Pada Harbolnas tahun lalu, produk kecantikan juga mendominasi penjualan. Nielsen Indonesia mencatat penjualan produk kategori fashion dan kosmetik rata-rata meningkat 6% pada 2019.

Hasil riset Katadata Insight Center (KIC) bersama Kredivo terhadap perilaku konsumen e-commerce di Indonesia menjelaskan dominasi penjualan produk fashion dan kosmetik dalam Harbolnas. Dari lebih dari 10 juta sampel transaksi di sejumlah e-commerce, jumlah transaksi tertinggi untuk kategori produk busana dan aksesori. Di posisi kedua adalah produk kesehatan dan kecantikan.

Untuk produk kategori perlengkapan rumah, Shopee mencatat penjualan tempat penimpanan mencapai 2,5 juta buah. Lalu, aksesoris ponsel pintar terjual lebih dari 1,2 juta buah selama 24 jam pertama gelaran Harbolnas 12.12.

Shopee mencatat penjualan tertinggi berdasarkan wilayah dari Jawa Barat dengan lebih dari 1,3 juta produk terjual dalam satu jam. Selain itu, e-commerce ini mencatat peningkatan transaksi menggunakan ShopeePay hingga 18 kali lipat.

Kesuksesan Shopee memang bisa menjadi gambaran meningkatnya minat masyarakat dalam Harbolnas tahun ini. Hal ini lantaran e-commerce ini menduduki peringkat pertama di Indonesia dalam Map E-Commerce yang dirilis iprice dalam tiga tahun ke belakang. Unggul dari Tokopedia yang berada di peringkat kedua dan Lazada di posisi ketiga.

Pada kuartal ketiga 2020, Shopee pun berada di peringkat pertama situs dengan jumlah kunjungan bulanan terbanyak dengan 96,5 juta pengunjung. Tokopedia menempati urutan kedua dengan 85 juta pengunjung bulanan. Di peringkat ketiga adalah Bukalapak dengan 31,4 juta pengunjung bulanan.   

Antusiasme masyarakat di Harbolnas 2020 melanjutkan tren peningkatan yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2013, nilai transaksi Harbolnas hanya mencapai Rp 740 miliar. Peningkatan kemudian terus terjadi pada gelaran di tahun-tahun setelahnya hingga mencapai Rp 9,1 triliun pada 2019.

Ada dua penyebab Harbolnas 2020 tetap mencetak penjualan tinggi meskipun krisis ekonomi sedang melanda Indonesia. Pertama, adalah faktor promo dan diskon harga yang memungkinkan masyarakat membeli barang di tengah penurunan pendapatan.

Survei BPS menujukkan bahwa masyarakat miskin, rentan miskin, dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling terdampak dari pandemi Covid-19. Berdasarkan kelompok pendapatan, sebanyak 70,53% responden dalam kelompok berpendapatan rendah atau di bawah Rp 1,8 juta mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi