Advertisement
Advertisement
Analisis | Jalan Terjal Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Jalan Terjal Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

Foto:
Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia baru mampu dilakukan pada rata-rata 50 ribu tenaga kesehatan per hari. Ada tantangan lain, seperti keterbatasan tempat penyimpanan vaksin. Padahal, targetnya 70% penduduk Indonesia divaksinasi untuk mencapai herd immunity.
Andrea Lidwina
5 Februari 2021, 11.58
Button AI Summarize

Indonesia punya rencana vaksinasi Covid-19 yang terbilang ambisius. Negara ini akan memvaksinasi 181,5 juta penduduk dalam janga waktu 15 bulan dari Januari 2021-Maret 2022. Jumlah itu setara dengan 70% populasi Indonesia, ambang batas yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity.

Target jangka sangat pendeknya adalah memvaksinasi sekitar 1,5 juta sumber daya manusia kesehatan (SDMK) sampai akhir Februari 2021. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sebanyak 596.260 orang telah menerima dosis pertama vaksin virus corona per 2 Februari, atau 20 hari sejak vaksinasi dimulai. Kemudian, sebanyak 51.999 orang sudah mendapatkan dosis kedua.

Total orang yang divaksin tersebut baru mencapai 42,3% dari target jangka pendek dengan rata-rata terhadap terhadap 50 ribu orang per hari. Mengacu kepada rata-rata tersebut, Indonesia butuh lebih kurang 10 tahun untuk mampu mencapai target 70% herd immunity. Itu pun dengan catatan vaksin terus disuntikkan setiap hari tanpa libur. 

Presiden Joko Widodo pun berharap vaksinasi bisa dilakukan pada 900 ribu hingga satu juta orang setiap hari. Angka tersebut memang paling realistis untuk mencapai target pemerintah mencapai herd immunity dalam 15 bulan. Bila setiap 900 ribu orang divaksin setiap hari tanpa jeda libur, maka butuh lebih kurang setengah tahun untuk mampu mencapai target 181,5 juta orang tervaksin. 

Akan tetapi, seluruh perhitungan tersebut dengan asumsi Indonesia sudah memiliki jumlah vaksin cukup untuk 181,5 juta orang. Saat ini, stok vaksin siap suntik Indonesia sebanyak 3 juta dosis dari pengiriman tahap pertama dan kedua Sinovac yang diperuntukkan untuk 1,5 juta tenaga kesehatan. 

Indonesia juga baru menerima vaksin tahap ketiga dan keempat  dalam bentuk bulk setotal 25 juta dosis. Kementerian Kesehatan menyatakan, stok vaksin ini untuk mengamankan vaksinasi 17,5 juta pejabat publik. Artinya, kecepatan vaksinasi di Indonesia juga bergantung pada waktu kedatangan vaksin dari produsen. Bila telat, maka target herd immunity 70% dalam 15 bulan bisa molor.   

Melihat lebih dalam, terdapat sejumlah tantangan lain dalam proses vaksinasi Covid-19 Indonesia. Terkait vaksinasi Covid-19 terhadap tenaga kesehatan di Indonesia, misalnya, ada dua sebab yang membuatnya berjalan lambat. Pertama, belum semua SDMK terdaftar dalam program vaksinasi.

Juru Bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik mengatakan, jalur yang ada saat ini baru mengakomodasi tenaga kesehatan yang perlu mendaftar ulang untuk mendapatkan jadwal dan lokasi pemberian vaksin, seperti dikutip dari BBC Indonesia. Namun, masih ada yang belum tercatat sebagai peserta vaksinasi dan mengalami kesulitan untuk mendaftarkan diri.

Menjawab persoalan tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan pendaftaran vaksin saat ini secara manual. "Jadi secara dua arah. Kami minta update data sistem informasi SDM Kesehatan dan dikirimkan ke Kemenkes," katanya pada 24 Januari 2021 lalu. 

Kedua, SDMK memiliki penyakit penyerta sehingga tidak bisa menerima vaksin. Pada pekan pertama vaksinasi, misalnya, sekitar 11% tenaga kesehatan batal disuntik vaksin karena menderita darah tinggi.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan vaksin Sinovac tidak diberikan pada beberapa kelompok masyarakat, salah satunya orang dengan penyakit kronis. Karena itu, para tenaga kesehatan diminta berobat dan memperbaiki gaya hidup terlebih dahulu.

“Vaksinasi (untuk penderita hipertensi) ditunda pada tahap berikutnya. Tidak harus Februari, tetapi sampai penyakit komorbid terkontrol,” kata Siti Nadia Tarmizi pada 26 Januari lalu.

Tantangan lain juga menanti Indonesia ketika nanti memasuki tahap vaksinasi masyarakat umum. Vaksin perlu lebih banyak didistribusikan ke semua wilayah Indonesia yang luas, tersebar antarpulau, bahkan beberapa di antaranya terpencil untuk menjangkau seluruh masyarakat.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi