Era digital mengubah banyak hal. Terutama dalam membangun hubungan sosial, termasuk cara menemukan pasangan kencan. Pengguna aplikasi kencan daring pun meningkat, apalagi selama pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas di luar rumah.
Tinder, aplikasi kencan daring yang mulai hadir pada 2012 lalu, mencetak rekor tiga miliar swipe pengguna dalam sehari pada 29 Maret 2020 atau saat awal pandemi Covid-19.
Swipe adalah cara pengguna menunjukkan ketertarikannya pada profil orang yang muncul di aplikasi. Ke arah kanan jika tertarik, ke arah kiri jika tidak tertarik. Jika ada dua pengguna yang saling swipe ke kanan, keduanya disebut match dan bisa mulai berkirim pesan.
Berdasarkan hasil survei Rakuten Insight di Indonesia pada September 2020, Tinder adalah aplikasi daring paling banyak digunakan di negeri ini (57,6% responden). Di tempat kedua adalah Tantan dengan 33,9% responden yang mengaku menggunakannya.
Aplikasi kencan lain, Bumble, melaporkan jumlah pesan yang dikirim pengguna meningkat 26% pada Maret 2020. Sementara, jumlah percakapan antarpengguna di OkCupid meningkat 20% pada bulan yang sama.
Pencapaian tersebut menunjukkan minat masyarakat dunia terhadap aplikasi kencan daring semakin tinggi selama pandemi. Sebab, pengguna kini tidak hanya mencari pasangan kencan, tetapi juga teman bicara saat karantina dan krisis yang tak kunjung selesai ini.
“Yang kami lihat di OkCupid adalah keinginan untuk terkoneksi. Karena semakin banyak orang bekerja di rumah, membatalkan acara-acara bersosialisasi, tidak bepergian, sebagian merasa kesepian dan terisolasi,” kata Chief Marketing Officer OkCupid Melissa Hobley, seperti dikutip dari Reuters.
Sejumlah aplikasi kencan daring lantas meluncurkan fitur video call pada tahun lalu, di antaranya Tinder, Bumble, dan Badoo. Fitur baru ini memungkinkan para pengguna saling bertatap muka dan melakukan kencan tanpa harus bertemu langsung, guna mencegah risiko penyebaran virus corona.
Meski aktivitas meningkat dan muncul terobosan baru, pertumbuhan jumlah pengguna berbayar atau subscriber cenderung menurun. Tinder, misalnya, hanya memiliki tambahan subscriber sebanyak 133 ribu orang pada kuartal I dan 167 ribu orang pada kuartal II-2020. Padahal, jumlahnya ada di kisaran 200-300 ribu orang pada kuartal-kuartal sebelumnya.
Jumlah pengguna berbayar Tinder baru bertambah 400 ribu orang pada kuartal III tahun lalu. Melansir BBC, CEO Tinder Elie Seidman mengatakan penambahan jumlah pengguna berbayar mulai membaik ketika lockdown dilonggarkan dan puncak krisis sudah lewat. Artinya, kondisi ekonomi yang sulit turut memengaruhi pengeluaran pengguna pada aplikasi.
Oleh karena itu, pendapatan tidak meningkat signifikan. Match Group, induk usaha dari Tinder, Match, Meetic, OkCupid, Hinge, dan puluhan aplikasi kencan daring lainnya, membukukan pendapatan sebesar US$ 2,4 miliar sepanjang 2020. Jumlah itu hanya tumbuh 16,6% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada 2019 yang sebesar 18,6% dan 2018 yang hampir 30%.
“Kita mungkin harus menunggu dua sampai tiga kuartal untuk melihat dampak ekonomi sepenuhnya pada Tinder seiring cakupan krisis global yang semakin jelas,” kata Seidman.
Terlepas dari pandemi, aplikasi kencan daring termasuk bisnis yang menjanjikan. Melansir Psychology Today, orang tertarik dengan aplikasi ini karena memudahkan mereka menemukan pasangan yang sesuai. Mereka bisa bertemu dengan lebih banyak orang, lalu algoritma aplikasi akan menentukan tingkat kecocokan berdasarkan tes kepribadian masing-masing pengguna. Interaksi pun bisa dilakukan secara daring lebih dulu sehingga aman dan tidak membuang waktu.
Hal itu terlihat dari jumlah pengguna aplikasi daring secara global meningkat hampir 8% setiap tahun dalam lima tahun terakhir. Angkanya mencapai 270 juta orang pada 2020, berdasarkan data Business App.
Di Amerika Serikat, misalnya, hanya 11% orang dewasa yang menggunakan aplikasi kencan daring pada 2013. Proporsinya lantas meningkat hampir tiga kali lipat pada 2019, berdasarkan data Pew Research Center.
Alhasil, total pendapatan aplikasi kencan daring selalu bertambah sekitar 13% per tahun pada periode 2016-2020. Bahkan, Business of Apps memprediksi nilainya yang sebesar US$ 3,1 miliar tahun lalu akan mencapai US$ 5,7 miliar pada 2025.
Aplikasi kencan daring masih punya banyak ruang untuk mengembangkan fitur dan pasarnya secara global. CEO Tinder Elie Seidman mengatakan, generasi muda yang kini menggunakan Tinder dan aplikasi sejenisnya tidak lagi melihat platform daring hanya sebagai tempat untuk mengatur pertemuan luring, melainkan tempat untuk berinteraksi dan menghabiskan waktu pula.
Maka, Tinder tengah mengembangkan dan menguji coba fitur live event dan kuis interaktif, seperti Swipe Night, di dalam aplikasi tersebut. “Kehidupan digital Anda sama pentingnya dengan kehidupan sosial Anda di dunia nyata,” tutur Seidman, seperti dikutip dari BBC.
Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi