Waspadai La Nina yang Bisa Menyebabkan Banjir hingga Penyakit Menular
Kita mungkin sudah tidak asing dengan berbagai fenomena alam yang terjadi, seperti gerhana matahari, gerhana bulan, hingga la nina. Meskipun fenomena ini jarang di bicarakan, namun kehadirannya ternyata sangat mempengaruhi iklim di Indonesia.
Menurut penjelasan di laman Stasiun Klimatologi Lombok Barat, la nina adalah fenomena yang terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami penurunan hingga dibawah suhu normal. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.
Sementara itu dalam buku “Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia” diterangkah bahwa la nina merupakan anomali iklim global yang ditandai dengan kondisi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dibandingkan suhu normal.
Kondisi tersebut dapat berulang beberapa tahun sekali dan bisa bertahan selama beberapa bulan hingga dua tahun.
Penyebab Terjadinya La Nina
Penyebab terjadinya fenomena la nina menurut penjelasan di buku “Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia”, yaitu karena adanya interaksi antara permukaan laut dan atmosfer di Pasifik tropis. Perbuhaan SML di wilayah tersebut mempengaruhi atmosfer yang ada di atasnya.
Akibat dari perubahana atmosfer menyebabkan suhu dan arus laut mengalami mekanisme umpan balik atmosfer – laut. Interaksi tersebut menyebabkan kondisi hangat (el nino) ke netral atau dingin (la nina). Siklus tersebut terjadi setiap 3 – 4 tahun dan mempengaruhi iklim di seluruh dunia setiap 3 – 4 tahun.
Proses Terjadinya Fenomena La Nina
Mengutip dari sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id, la nina terjadi saat angin pasat timur bertiup sepanjang Samudra Pasifik. Sehingga massa air yang hanya berawa lebih banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya, massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas menggantikan massa air hangat. Kondisi tersebut disebut sebagai upwelling.