Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut neraca transaksi berjalan berpotensi kembali tertekan pada tahun depan, antara lain karena meningkatnya perjalanan keluar negeri oleh masyarakat menengah kaya.
Neraca pembayaran Indonesia kembali defisit akibat defisit pada transaksi modal dan finansial yang mencapai US$ 1,7 miliar meski neraca transaksi berjalan kembali surplus US$ 0,2 miliar.
Bank Indonesia mencatat surplus pada neraca pembayaran sebesar US$ 13,5 miliar pada tahun lalu, seiring surplus pada transaksi berjalan sebesar US$ 3,3 miliar setelah sembilan tahun defisit.
Surplus neraca transaksi berjalan mendorong neraca pembayaran mencatatkan surplus mencapai US$ 10,7 miliar, setelah defisit pada kuartal kedua US$ 0,4 miliar.
Defisit neraca pembayaran kuartal II disebabkan melebarnya defisit transaksi berjalan akibat pembayaran dividen dan anjloknya surplus neraca transaksi finansial akibat pembayaran utang jatuh tempo.
Neraca pembayaran pada kuartal I 2021 surplus US$ 4,1 miliar meski transaksi berjalan kembali defisit US$ 1 miliar, setelah surplus pada dua kuartal sebelumnya.
Neraca transaksi berjalan untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir mencetak surplus. Namun, surplus transaksi berjalan terbantu oleh kinerja impor yang anjlok.
Neraca pembayaran pada kaurtal II 2020 kembali surplus setelah defisit US$ 8,5 miliar pada kuartal I seiring defisit transaksi berjalan atau CAD yang menyusut dan modal asing yang kembali masuk.