Dalam usia 33 tahun, Sumitro Djojohadikusumo ditunjuk sebagai menteri perdagangan dan industri. Pada saat itu, dia meluncurkan program industrialisasi Indonesia.
Pada era 1990-an, Sumitro berulang kali bicara soal gagasan pembentukan lembaga investasi untuk pengembangan koperasi dan usaha kecil. Mimpi besarnya menciptakan kekuatan tandingan bagi konglomerat.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Orde Baru gagal menciptakan pemerataan. Sumitro menilai akibat tak ada pemisahan antara penguasa dan pengusaha. Tak takut dengan Sukarno dan Aidit, apalagi pengusaha.
Keprihatinan Sumitro terhadap kondisi petani kecil yang kerap terjerat utang kepada para tengkulak dan pedagang besar menjadi salah satu pemicu konsep koperasi rakyat.
Polemik antara Sumitro Djojohadikusumo dan Sjafruddin Prawiranegara terjadi dua tahun setelah Indonesia berdaulat. Mereka berbeda pandangan tentang membangun industrialisasi di Tanah Air.
Sumitro Djojohadikusumo dianggap begawan ekonomi sekaligus salah satu arsitek kebijakan ekonomi Indonesia pascakemerdekaan. Agar pertumbuhan dan pemerataan tercapai, kehidupan masyarakat harus stabil.