Serikat Petani Duga Wabah PMK Berasal dari Daging Impor

Andi M. Arief
12 Mei 2022, 18:04
Petugas memeriksa sapi-sapi yang ditampung di kadang milik Karantina Hewan Kupang sebelum dikirim ke Banjarmasin dan DKI Jakarta di Kupang, NTT,Selasa (10/5/2022). Sapi-sapi NTT yang dikirim menggunakan kapal kargo dan melewati Jawa Timur terancam tidak d
ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/rwa.
Petugas memeriksa sapi-sapi yang ditampung di kadang milik Karantina Hewan Kupang sebelum dikirim ke Banjarmasin dan DKI Jakarta di Kupang, NTT,Selasa (10/5/2022). Sapi-sapi NTT yang dikirim menggunakan kapal kargo dan melewati Jawa Timur terancam tidak dapat dikirim imbas adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sejumlah sapi yang berada di Jawa Timur dan Kalimantan.

Serikat Petani Indonesia (SPI) menduga penyakit mulut dan kaki (PMK) yang kini mewabah di dalam negeri berasal dari daging dan ternak impor. Pada 2021, volume impor daging melonjak hingga 22,4%.

"Virus PMK ini muncul diduga karena impor daging, sapi, dan ternak lainnya dari luar yang meningkat dari negara-negara yang masih ada wabah PMK, " kata Ketua Umum SPI, Henry Saragih, dalam keterangan resmi, Kamis (12/5). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor daging sapi pada tahun lalu mencapai 273.530 ton atau naik 22,4% dibandingkan 2020. Sementara itu, nilai impor sebesar US$ 948,37 juta atau Rp 13,64 triliun pada 2021. Nilai impor tersebut naik 35,83% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dia mengatakan,  peningkatan impor dirorong oleh UU no. 41-2014. Aturan tersebut memperluas kebijakan impor saat tingkat ketergantungan daging sapi dari luar negeri telah tinggi. Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit pada hewan di dalam negeri.

Menurut Henry, pemerintah seharusnya melindungi peternakan di Indonesia. Apalagi Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk membangun kedaulatan pangan di Indonesia.

"Pemerintahan Jokowi telah menargetkan Indonesia menjadi negara yang swasembada daging," kata Henry.

Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi (P3A) SPI, Qomarun Najmi, menyarankan pemerintah untuk melakukan rangkaian pencegahan virus PMK. Virus PMK cepat menular karena dapat menyebar melalui udara (airborne).  Kontaminasi dapat terjadi saat hewan ternak mengonsumsi air. 

Qomarun mengatakan, pengobatan hewan ternak yang terjangkit PMK dapat sembuh sekitar dua minggu pasca pengobatan. Namun demikian, peternak baru bisa memotong hewan ternak yang terjangkit PMK jika kuku ternak sudah lepas. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...