Harga Minyak Anjlok, Pemerintah Siapkan Insentif untuk Hulu Migas

Arnold Sirait
11 Desember 2015, 14:23
Pekerja Migas
KATADATA
Pekerja pengeboran minyak lepas pantai di perairan Indonesia

KATADATA - Tahun ini bisa dianggap tahun yang berat untuk industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Harga minyak yang mencapai US$ 100 per barel pada 2014, kini tidak bisa dinikmati lagi oleh kontraktor migas.

Sejak Juli 2014 harga minyak mentah terus merosot hingga hari ini di bawah US$ 37 per barel. Sejumlah analis bahkan memperkirakan harga minyak dunia tahun depan bisa menyentuh level US$ 20 per barel. (Baca: Terendah Sejak 2009, Harga Minyak Tahun Depan Bisa US$ 20)

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam mengatakan anjloknya harga minyak dunia ikut menggerus penerimaan di sektor hulu. Keuntungan yang didapat Pertamina dari menjual minyak pun semakin menipis, lantaran selisih biaya dan harga jual minyak juga semakin mengecil.

Menurutnya, rata-rata biaya produksi migas Pertamina sebesar US$ 20 per barel. “Jadi (dengan harga US$ 37 per barel) kami masih dapat memproduksi migas walaupun profitnya akan turun,” kata dia kepada Katadata, Jumat (11/12). (Baca: Lima Kontraktor Melepas Saham di Banyak Blok Migas)

Dia juga sangat yakin Pertamina mampu bertahan dengan kondisi harga minyak yang rendah saat ini. Dalam sejarah, Pertamina masih bisa mempertahankan bisnisnya saat harga minyak dunia jatuh hingga ke level US$ 10 per barel. Pertamina terus mencari strategi efisiensi melalui inovasi. Dengan begitu lapangan-lapangan yang biaya produksinya tinggi dapat diturunkan.

Halaman:
Reporter: Manal Musytaqo, Arnold Sirait
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...