Ancam Pakai Nuklir, Apa yang Diinginkan Putin dari Invasi ke Ukraina?

Agustiyanti
28 Februari 2022, 15:53
Rusia, Ukraina, Rusia Ukraina, perang rusia ukraina
ANTARA FOTO/REUTERS/Maksim Levin/hp/cfo
Tentara Ukraina terlihat di samping kendaraan lapis baja yang hancur, yang menurut mereka milik tentara Rusia, di luar Kharkiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022).

Rusia melancarkan serangan dahsyat ke Ukraina melalui udara, darat, dan laut dengan mengerahkan hampir dua pertiga tentaranya. Lebih dari 350 orang warga sipil, termasuk 14 anak di Ukraina tewas akibat invasi Rusia. 

Selama berbulan-bulan, Presiden Vladimir Putin menyangkal akan menyerang tetangganya meski menempatkan 200 ribu tentara di pebatasan. Rusia bahkan menyebut Amerika Serikat tengah bermain drama saat melaporkan hasil intelejennya di Dewan Keamanan PBB dan menuduh negara tersebut tengah mencari alibi untuk mulai menyerang Ukraina. 

Rusia pada akhirnya benar-benar melancarkan serangan ke negara tetangganya pada Kamis (24/2). Jumlah korban tewas yang hingga kini terus bertambah membuat Rusia dituduh merusak perdamaian di Eropa. 

Pemerintah Ukraina mencatat, total korban sipil yang tewas hingga Minggu (27/2) mencapai 352 orang, dengan 14 orang di antaranya merupakan anak-anak. 

Belum ada tanda-tanda Rusia akan menghentikan serangannya ke Ukraina meski negara-negara Barat telah menjatuhkan rentetan sanksi berat kepada Moskow yang dapat mengisolasi negara tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan meningkatkan ancaman dengan memerintahkan pangkalan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada Minggu (27/2).

Mengapa pasukan Rusia menyerang?

Mengutip BBC, pasukan Rusia mendekati ibu kota Ukraina, beberapa hari setelah pemimpin Rusia memerintahkan invasi besar-besaran dari utara, timur dan selatan. Dalam pidato TV sebelum fajar pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Rusia tidak bisa merasa "aman, berkembang, dan eksis" karena apa yang dia klaim sebagai ancaman konstan dari modernisasi Ukraina.

Bandara dan markas militer diserang terlebih dahulu kemudian tank dan pasukan meluncur ke Ukraina dari Rusia, Krimea yang dicaplok Rusia, dan sekutu Belarusia.

Banyak argumen Presiden Putin yang dianggap tidak rasional. Dia mengklaim tujuannya adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran intimidasi dan genosida dan bertujuan untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina. Namun, tidak ada genosida di Ukraina. Ukraina bahkan dipimpin oleh seorang presiden yang beragama Yahudi.

"Bagaimana saya bisa menjadi seorang Nazi?" kata Presiden Ukraina Volodymr Zelensky, yang menyamakan serangan gencar Rusia dengan invasi Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua. 

Kepala rabi Ukraina dan Auschwitz Memorial juga telah menolak tuduhan Putin.

Presiden Putin telah sering menuduh Ukraina diambil alih oleh para ekstremis, sejak presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych digulingkan pada 2014. Rusia kemudian membalas dengan merebut wilayah selatan Krimea dan memicu pemberontakan di timur, mendukung separatis yang telah memerangi pasukan Ukraina dalam perang yang telah merenggut 14.000 nyawa.

Akhir tahun 2021, Rusia mulai mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di dekat perbatasan Ukraina, serta berulang kali menyangkal akan menyerang. Kemudian Putin membatalkan kesepakatan damai pada 2015 untuk wilayah timur dan mengakui wilayah di bawah kendali pemberontak sebagai wilayah yang merdeka.

Rusia telah lama menolak langkah Ukraina menuju Uni Eropa dan aliansi militer defensif Barat, NATO. Mengumumkan invasi Rusia, dia menuduh NATO mengancam masa depan bersejarah mereka sebagai sebuah bangsa.

Seberapa Jauh Rusia Akan Bertindak?

Saat ini terlihat jelas bahwa Rusia berusaha untuk menggulingkan pemerintah Ukraina yang terpilih secara demokratis. Rusia mengklaim invasi dilakukan agar Ukraina dibebaskan dari penindasan dan dibersihkan dari Nazi".

Presiden Zelensky mengatakan dia telah diperingatkan sebagai target nomer satu keluarganya dan target nomer dua adalah keluarga mereka. 

Narasi palsu tentang Ukraina yang direbut oleh fasis pada 2014 ini telah diputar secara teratur di TV yang dikendalikan Kremlin. Putin telah berbicara tentang membawa ke pengadilan mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil.

Apa rencana Rusia untuk Ukraina tidak diketahui, tetapi menghadapi perlawanan keras dari berbagai negara. 

Pada Januari, Inggris menuduh Moskow berencana untuk memasang boneka pro-Moskow guna memimpin pemerintah Ukraina, klaim yang pada saat itu disebut oleh Rusia sebagai omong kosong. Satu laporan intelijen yang belum dikonfirmasi menunjukkan bahwa Rusia bertujuan untuk membagi negara itu menjadi dua.

Pada hari-hari sebelum invasi ketika terdapat 200.000 tentara berada di dekat perbatasan Ukraina, fokus publik Rusia adalah murni di wilayah timur Luhansk dan Donetsk. Dengan mengakui wilayah separatis yang dikendalikan oleh proksi Rusia sebagai wilayah independen, Putin mengatakan kepada dunia bahwa mereka bukan lagi bagian dari Ukraina.

Putin kemudian mengungkapkan bahwa dia mendukung klaim mereka atas lebih banyak wilayah Ukraina.

Seberapa Berbahaya Invasi Rusia Terhadap Eropa?

Ini adalah saat-saat yang menakutkan bagi rakyat Ukraina dan mengerikan bagi seluruh benua, menyaksikan kekuatan besar menyerang tetangga Eropa untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua.

Ratusan orang telah tewas dalam apa yang disebut Jerman sebagai "perang Putin", baik warga sipil maupun tentara. Bagi para pemimpin Eropa, invasi ini telah membawa beberapa saat tergelap sejak tahun 1940-an.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...