Tahun ini, Medco E&P Natuna akan tetap fokus melakukan efisiensi dalam kegiatan operasi. Saat bersamaan, perusahaan berupaya meningkatkan produksi migas melalui investasi pengeboran pengembangan dan optimasi.

Selain Medco, sebenarnya ada kontraktor lain yang berbiaya besar. Kangean Energy Indonesia (KEI) tercatat menempati posisi pertama dengan nilai US$ 31,25 per bsm. Disusul PHE ONWJ menempati posisi kedua, yang biaya produksinya mencapai US$ 28,49 per BOE.

Ada juga kontraktor lain seperti  China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) dengan biaya produksi sebesar US$ 22,85 per bsm, Pertamina EP sebesar US$ 19,42 per bsm, Chevron Pacific Indonesia (CPI) US$ 18,85 per bsm, dan Chevron Indonesia Company (CICO) US$ 18,58 per bsm. Sementara BP Tangguh tercatat mengeluarkan biaya produksi paling rendah yakni sebesar US$ 1,86 per bsm.

(Baca: PHE Beberkan Penyebab Biaya Produksi Blok ONWJ Besar)

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabowo Taher pernah mengatakan kontraktor yang biaya produksi per BOE paling besar disebabkan lokasi wilayah kerjanya berada di lepas pantai (offshore). Kegiatan produksi di lepas pantai memang membutuhkan biaya tinggi dibandingkan di darat (onshore).

Halaman: