Permintaan Ekspor Batu Bara Meningkat, Adaro Utamakan Pasar Domestik

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/foc.
Suasana saat pekerja beraktivitas di tempat penumpukan sementara batu bara, Muarojambi, Jambi, Rabu (1/7/2020).
13/10/2021, 14.18 WIB

Lebih lanjut, menurut dia saat ini perusahaan tengah menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun 2022. Adapun target produksi di tahun depan tidak jauh berbeda dengan target produksi yang dipatok tahun ini sebesar 21-22 juta ton.

Kinerja Ekspor Batu Bara Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor batu bara terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Terutama pada 2020, nilainya turun hingga 23,26% menjadi US$ 14,55 miliar dibanding tahun sebelumnya US$ 18,96 miliar.

Turunnya harga serta berkurangnya permintaan membuat nilai ekspor batu bara menyusut. Meskipun merosot, batu bara masih menjadi andalan ekspor komoditas Indonesia.

Volume ekspor batu bara mengalami tren kenaikan sejak 2005 hingga mencatat rekor tertinggi dengan volume 384,3 juta ton senilai US$ 26,2 miliar pada 2012. Namun, setelah itu turun hingga 2016. Kemudian kembali meningkat hingga 2019 seiring meningkatnya permintaan batu bara dari Cina. Simak databoks berikut:

Menurut data BPS, kontribusi ekspor barang hasil tambang tersebut mencapai 9,39% dari total ekspor tahun lalu sebesar US$ 163 miliar. Persentase tersebut hanya kalah dari minyak sawit yang mencapai 11,9%.

Melambatnya perekonomian dunia, terutama Cina dampak dari pandemi Covid-19 membuat permintaan batu bara global berkurang sehingga berpengaruh terhadap pasokan dari Indonesia.

Namun seiring mulai dibukanya perekonomian di berbagai negara, permintaan energi seperti minyak, gas, dan batu bara terus meningkat. Apalagi musim dingin sudah di depan mata. Ini menyebabkan lonjakan harga karena peningkatan permintaan tidak diimbangi dengan pulihnya produksi imbas Covid-19.

Seperti di Inggris dan Uni Eropa, harga gas alam meroket hingga 400% sepanjang tahun ini. Alhasil kawasan tersebut kembali beralih ke batu bara. Sama halnya di Amerika Serikat (AS) di mana produsen listrik mulai khawatir pasokan gas tidak mencukupi sehingga batu bara menjadi alternatif.

Dengan permintaan yang meningkat, harga batu bara dunia pun meroket hingga menyentuh level US$ 260 per ton karena pasokan yang ketat. Upaya negara-negara produsen batu bara untuk mendongkrak produksi sejauh ini masih terkendala, salah satunya cuaca buruk.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan