Kementerian ESDM mencatat realisasi produksi batu bara nasional hingga kuartal III baru mencapai 450 juta ton. Angka ini setidaknya sudah mencapai 72% dari target yang ditetapkan tahun ini sebesar 625 juta ton.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Sujatmiko mengatakan tingginya curah hujan di area operasi tambang masih menjadi tantangan dalam menggenjot produksi di tahun ini. Utamanya seperti yang terjadi di wilayah Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.
"Kami lihat sampai September ini produksi mencapai 450 juta ton dengan target 625 juta ton. Di akhir tahun ini berdasarkan data yang ada menuju sana agak kurang sedikit karena faktor cuaca," katanya dalam Konferensi Pers: Capaian Kinerja Triwulan III Tahun 2021 dan Isu Strategis Sub Sektor Minerba, Selasa (26/11).
Meski demikian, pihaknya akan tetap mempertimbangkan target yang sudah dicanangkan pemerintah. Sekalipun proyeksi hingga akhir tahun ini target produksi nasional tak akan terealisasi secara penuh karena faktor cuaca.
Sementara, untuk serapan kebutuhan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) hingga kuartal III ini telah mencapai 98,3 juta ton. Capaian ini setidaknya sudah 71,5% dari target yang ditetapkan tahun ini sebesar 137,5 juta ton.
Adapun alokasi batu bara untuk pembangkit listrik tahun ini angkanya yakni sebesar 113 juta ton. Sujatmiko menjamin kebutuhan tersebut akan terpenuhi, mengingat pemerintah telah memberikan ancaman bagi produsen yang tak patuh terhadap DMO.
Menurut dia bila produsen tidak memenuhi kewajiban DMO batu bara, pemerintah akan menarik denda hingga larangan ekspor. "Kami pastikan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri akan terpenuhi. Insya Allah kebutuhan listrik terpenuhi," ujarnya.
Serapan kebutuhan batu bara dalam negeri pada tahun ini sebelumnya diprediksi tidak akan tercapai. Pasalnya, hingga akhir September 2021 realisasinya baru mencapai 63,47 juta ton atau 46% dari kuota DMO batu bara yang ditetapkan tahun ini sebanyak 137,5 juta ton.
"Jadi realisasi DMO cukup jauh dari yang diharapkan, dengan waktu yang tersisa 3 bulan lagi saja realisasi kita belum bisa teroptimalkan," kata Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan beberapa waktu lalu.
Belum maksimalnya realisasi DMO sepanjang tahun ini terjadi lantaran beberapa faktor. Salah satunya yakni faktor kebutuhan listrik turun cukup signifikan. Hanya selang beberapa hari lalu saja PLN mengumumkan beban puncak listrik Jawa Bali mencetak rekor tertinggi.
Sehingga, kebutuhan batu bara dalam negeri untuk kelistrikan masih belum terdongkrak. Ini menyebabkan serapan batu bara lokal tidak signifikan.