Presiden Joko Widodo kembali memberi sinyal untuk memperluas cakupan hilirisasi mineral. Setelah menyetop ekspor nikel sejak Januari 2020 dan bauksit pada Juni 2023, pemerintah juga akan melarang ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini.
Guna mendorong pelaksanaan hilirisasi tembaga, pemerintah harus menjamin penyerapan bahan baku di dalam negeri dengan penyediaan pabrik-pabrik pengolahan mineral atau smelter. Lalu ada berapa smelter tembaga di Indonesia saat ini?
Menurut data Kementerian ESDM hingga November 2022 ada dua smelter tembaga yang telah beroperasi. Selain itu ada dua smelter lainnya yang dalam proses konstruksi, yakni milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, dan milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB.
Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan MIND ID, Niko Chandra, menyampaikan progres konstruksi smelter hingga akhir Desember 2022 telah mencapai sekitar 50% dan ditargerkan selesai pada akhir tahun 2023.
"Fasilitas pemurnian akan dapat dimulai operasinya pada akhir Mei 2024. Dan selanjutnya secara bertahap, dilakukan peningkatan output operasi hingga beroperasi komersial pada akhir 2024," kata Niko lewat pesan singkat pada Rabu (11/1).
Niko mengatakan menjelaskan, proyek pembangunan fasilitas permurnian PTFI mencakup tiga proyek utama, diantaranya smelter tembaga baru berkapasitas 1,7 juta ton per tahun tahun di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik.
Selain itu, ada ekspansi PT Smelting 300 ribu ton per tahun dan Precious Metal Refinery (PMR) kapasitas 6 ribu ton per tahun yang keduanya juga terletak di JIIPE.
"Capex proyek mencapai sekitar US$ 3 miliar dan menggunakan teknologi double flash smelting & converting. Produk utama yang dihasilkan meliputi katoda tembaga, emas dan perak murni batangan," ujar Niko.
"Dengan beroperasinya smelter baru PTFI nanti, akan memungkinkan bagi PTFI untuk memurnikan seluruh konsentrat tembaga di dalam negeri," tambahnya.
Sementara itu, pengadaan smelter tembaga milik PT Amman Mineral di Kabupaten Sumbawa Barat diproyeksikan rampung pada rampung pada akhir tahun 2024.
Manajer Komunikasi Perusahaan Amman Mineral, Kartika Octaviana, mengatakan perkembangan konstruksi smelter hingga November 2022 mencapai 47% dengan total nilai investasi US$ 1 juta.
Nantinya smelter tembaga tersebut sanggup memproduksi katoda tembaga hingga 222.000 ton per tahun. Pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga ini dibangun di kawasan Batu Hijau, dekat dengan lokasi tambang perusahaan.
"Pasir konsentrat itu diolah di smelter, keluarnya katoda tembaga berupa lempengan," kata Kartika saat ditemui di Gedung Nusantara I DPR pada Kamis (10/11/2022).
Pembangunan smelter ini molor dari target yang ditetapkan bisa beroperasi secara penuh pada Juli 2023. Kartika menjelaskan, keterlambatan tersebut disebabkan oleh kondisi eksternal seperti Pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik global yang kurang stabil.
Kendati demikian, Amman terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk melaporkan perkembangan pembangunan smelter. "Lamanya ada kendala yang tidak bisa kami atur dan itu memengaruhi logistik," kata dia.