Selain itu, prasyarat harga minyak di atas juga musti ditopang oleh situasi eksternal lainnya seperti langkah OPEC+ yang secara aktif mengelola pasokan untuk mendukung harga pasar sekaligus mengimbangi adanya pertumbuhan ekonomi Cina serta keadaan penurunan ekspor minyak dari Rusia.
"Kami masih punya keyakinan bahwa harga minyak 2023 relatif tinggi. Kami pegang di skenario base case untuk perencanaan 2023 ini," ujar Dwi.
Skenario yang terakhir menampilkan harga minyak ada di level US$ 70 hingga US$ 80 per barel. Dalam paparannya, Dwi menjelaskan kondisi ini bisa terjadi karena adanya pelemahan ekonomi global yang timbul sehingga menyebabkan permintaan yang lemah di saat pasokan minyak terus tumbuh.
"Harus selalu hati-hati apabila ekonomi melemah karena dengan ancaman resesi dan krisis dunia, bisa saja harga minyak dunia akan turun sekitar US$ 70-80," kata Dwi.