Pertanian Penyumbang Tertinggi Indeks Harga Perdagangan Besar

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.
Penulis: Miftah Ardhian
1/9/2016, 21.19 WIB

Jumlah besar artinya bukan eceran, walau memang sulit menentukan tentang batasan jumlah besar di dalam suatu perdagangan karena biasanya dilihat dari dua matra yang kadang-kadang tidak selalu bisa dipertemukan. Laman BPS menyebutkan bahwa matra yang dimaksud adalah kuantitas dan nilai.

Menurut Sasmito, pada Agustus kemarin, sektor pertanian merupakan penyumbang dominan pada perubahan IHPB, yaitu 0,53 persen. Sedangkan, sektor pertambangan dan penggalian berandil -0,01 persen. Adapun sektor industri 0,05 persen, kelompok barang impor non-migas 0,02 persen, dan kelompok barang ekspor non-migas negatif 0,23 persen.

Sementara itu, IHPB bahan bangunan atau konstruksi pada Agustus 2016 naik 0,13 persen terhadap bulan sebelumnya. Penyebabnya, antara lain, kenaikan harga komoditas batu hias dan batu bangunan sebesar 1,49 persen, tanah urug satu persen, pasir 0,81 persen, batu bata 0,48 persen, dan kloset, wastafel, serta sejenisnya 0,43 persen.

Hal tersebut menyebabkan kenaikan seluruh kelompok jenis bangunan. Kelompok bangunan pekerjaan umum untuk pertanian naik paling tinggi 0,29 persen. Sementara bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal naik 0,17 persen. Kelompok bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan bertambah 0,05 persen.

“Terakhir, kelompok bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi naik 0,03 persen, serta kelompok bangunan lainnya 0,16 persen,” ujar Sasmito. (Baca juga: Deflasi Agustus 0,02 Persen, Terendah Sejak 2001).

Halaman: