Dorong Kuliner Indonesia, Ekspor Rempah 2024 Ditargetkan Rp 29 Triliun

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.
Pedagang menjual rempah-rempah di pasar tradisional Peunayong, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (10/4/2021). Menurut pedagang menjelang tradisi hari pemotongan hewan (meugang) dan bulan Ramadhan permintaan rempah-rempah mengalami peningkatan hingga 50 persen dibanding hari biasa.
19/7/2021, 18.06 WIB

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan ekspor bumbu dan rempah tumbuh menjadi US$ 2 miliar atau setara Rp 29 triliun pada 2024. Salah satu upayanya melalui program Indonesia Spice Up The World (ISUTW).

Program tersebut bertujuan untuk mendorong kuliner Indonesia bisa hadir di mancanegara dan memberi nilai tambah bagi ekonomi Tanah Air. Melalui program ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menargetkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan usaha kuliner bisa membuka 4.000 restoran Indonesia di luar negeri. 

"Kami yakin ini bisa tercapai, karena bukan hanya kementerian, tapi kita juga berkolaborasi dengan para diaspora,” kata Sandiaga dalam konferensi pers virtual, Senin (19/7).

Adapun bumbu yang akan dipromosikan adalah bumbu rendang, nasi goreng, sate, soto, gado-gado, serta bumbu pendukung lain seperti kecap manis dan kacang tanah. Sementara itu, rempah yang menjadi prioritas ekspor adalah lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis dan vanila.

Sandiaga menjelaskan, ada beberapa konsep pengembangan dalam program Indonesia Spice Up The World. Di antaranya pengembangan  rempah, produk bumbu dan pangan olahan, restoran Indonesia, promosi kuliner, dan Indonesia destinasi kuliner.

“Kami berikan arahan terhadap bahan baku dan bentuk kolaborasinya, setelah itu kami dorong dengan promosi seperti festival. Harapannya, Indonesia bisa menjadi destinasi kuliner dunia,” ujarnya.

Untuk menjalankan program tersebut, Sandiaga Uno berecana melakukan kunjungan kerja ke New York, Amerika Serikat (AS). Namun rencana tersebut harus dibatalkan, lantaran terganjal pandemi dan PPKM darurat. Kendati demikian, Sandiaga tetap mengirimkan delegasi ke sana.

Sandiaga mengatakan, langkah itu diambil sebagai strategi untuk mendukung 20 juta pelaku ekonomi kreatif yang sedang mengalami tekanan karena pandemi Covid-19. Untuk itu, pilihannya ada dua, yakni menunda kegiatan, atau tetap menjalankan dengan melakukan adaptasi.

Meski mengirim delegasi, Ia mengaku masih mengikuti program tersebut secara virtual. Adapun fungsi delegasi yakni untuk membatu pelaku UMKM dan ekonomi kreatif, sekaligus membuka peluang yang selama ini belum hadir.

“Adaptasi yang kami ambil untuk memastikan kepulihan ekonomi tidak tertunda. Mereka membutuhkan pasar di luar negeri, kehadiran pemerintah, serta peluang seperti rempah-rempah Indonesia untuk berkembang,” kata dia.

Sandiaga mengatakan program ISUTW tetap harus digelar untuk mempersiapkan bangkitnya ekonomi bagi 20 juta pelaku ekonomi kreatif dan 14 juta yang mayoritas adalah pelaku UMKM. “Mereka betul-betul membutuhkan pasar ini dan ini harus dibuka dan penundaan tidak menjadi opsi. Kami yakin the show must go on,” katanya.

Melansir Antara, Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi April lalu mengatakan, ekspor rempah Indonesia meningkat belasan persen di tahun lalu. Di mana, volume ekspor terbanyak dipimpin komoditas cengkeh yang naik 83,3%, dengan nilai ekspor meningkat 58,3%.

Selain itu, ekspor lada juga mencatatkan kenaikan secara tahunan (yoy) di 2020 yakni sebanyak 12,8%. Selanjutnya disusul ekspor pala yang naik 14,4% dan kayu manis 0,71%.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi