Harga CPO September 2022 Merosot karena Dibayangi Ancaman Resesi

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang petani berdiri di perkebunan kelapa sawit miliknya di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pelaku industri kelapa sawit sejak 15 Juli 2022. Harga tandan buah segar atau TBS petani masih di bawah Rp 1.500 per kilogram dan ada pula pabrik yang belum mau menampung hasil panen mereka dengan alasan tangki minyak sawit mentah atau CPO penuh.
Penulis: Nadya Zahira
17/10/2022, 19.45 WIB

Selanjutnya, Bhima juga menyebutkan adanya fenomena decoupling, di mana krisis energi yang membuat harga minyak mentah dan batu bara naik, belum tentu diikuti komoditas primer lainnya. Contohnya untuk CPO, di mana harga pasar spot mencatatkan penurunan hingga 22% dalam satu tahun terakhir, meskipun harga minyak mentah positif 7,2 %.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Bhima mengatakan perlunya langkah-langkah mitigasi dengan peningkatan porsi ekspor produk industri pengolahan non-komoditas. Selain itu, perlunya mencari pasar alternatif yang cukup tahan terhadap ancaman resesi. Beberapa pasar tersebut seperti Vietnam, Filipina, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Upaya tersebut dinilai Bhima penting dilakukan, untuk mengurangi ketergantungan pada konsumsi migas, termasuk dengan percepatan transisi energi, serta memperbesar industri substitusi impor dalam negeri.

Di sisi lain, Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa (BPS), Setianto menyampaikan masih ada komoditas yang mengalami peningkatan harga secara signifikan, di antaranya nikel yang naik 17,96 %, minyak mentah 21,18 %, batu bara 120,11 % dan gas alam mengalami peningkatan 51,88 %.

Meskipun begitu, nilai ekspor migas keseluruhan mengalami penurunan 21,41 % secara bulanan. Penurunan ini dikarenakan perubahan nilai ekspor untuk gas yang turun 22,06 %. Adapun ekspor gas secara volume juga mengalami penurunan 12,5 %. 

Sementara itu, BPS juga melaporkan bahwa ekspor nonmigas September 2022 mengalami penurunan 10,31 % atau mencapai US$ 23,48 miliar dibandingkan Agustus 2022. Namun, angka tersebut cenderung mengalami kenaikan 19,26% jika dibandingkan ekspor nonmigas September 2021.

Berdasarkan sektornya, mayoritas mencatatkan penurunan secara bulanan. Ekspor migas turun 21,4 %, ekspor pertanian kehutanan dan perikanan sebesar 8,65 %, serta ekspor industri pengolahan turun 14,24 %. Sebaliknya, ekspor tambang dan lainnya masih mengalami pertumbuhan 2,61 % secara bulanan. 

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira