Bos Hyundai Sebut Produksi Baterai Mobil Listrik RI Bisa Ungguli Cina

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Prajurit TNI membersihkan mobil listrik yang akan digunakan oleh delegasi KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/11/2022).
12/11/2022, 19.21 WIB

Produsen otomotif menyatakan bahwa Indonesia memiliki daya tarik investasi yang tinggi dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Indonesia bahkan diprediksi bisa menjadi pemain utama dunia dalam ekosistem kendaraan lisrik.

Executive Vice President Hyundai Mobis, Axel Maschka, mengatakan  bahwa Indonesia telah mengambil strategi kebijakan yang tepat karena mampu memproduksi baterai sendiri ketimbang ekspor bahan mentah. Indonesia bahkan sudah mampu menarik investasi baterai dan kendaraan listrik dengan skala besar.

Maschka memprediksi bahwa produksi baterai mobil listrik Indonesia bisa mengungguli Cina dengan mendapatkan pangsa pasar hampir 40% pasokan global. 

"Kami melihat bahwa dari sisi sumber daya, Indonesia akan mengungguli China pada pertengahan dekade ini dan mendapat pangsa hampir 40% dari pasokan global," katanya dalam acara Bloomberg NEF Summit 2022 di Bali, Sabtu (12/11).

Axel menyampaikan bahwa strategi tersebut merupakan basis yang bagus untuk memasok lebih banyak produk berbasis nikel di Indonesia maupun dunia. Menurut dia, Indonesia akan menjadi hub penting untuk memasarkan kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara, Astralia, dan juga dunia.

Pada kesempatan yang sama President Director Indonesia Battery Corporation, Toto Nugroho Pranatyasto, mengatakan adanya adopsi ekosisitem  kendaraan listrik akan menekan pengeluaran bahan bakar yang diimpor dengan harga mahal.

"Indonesia mengimpor bahan bakar setiap tahun, sekarang dengan harga bahan bakar saat ini, mungkin mendekati US$ 30 miliar hingga US$ 35 miliar dolar," ujarnya.

Namun demikian, dia mengakui bahwa produksi baterai kendaraan listrik dari sumber daya alam Indonesia bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu, Indonesia bekerja sama dengan sejumlah investor yang sudah menguasai pasar dunia.

"Inilah yang sedang kami lakukan saat ini dimana kami memiliki kerja sama dengan pemain nomor satu dan nomor dua dalam produksi baterai kendaraan listrik yang dibutuhkan di dunia," ucapnya.

Sementara itu, Toto memaparkan populasi kendaraan listrik di Indonesia masih sangat kecil yaitu sekitar 14.000 unit. Angka tersebut jauh di bawah populasi mobil listrik di Cina.

"Jika Anda membandingkannya dengan China, sekarang mereka memiliki sekitar 30 juta kendaraan listrik," tuturnya.

Menurut data Canalys, perusahaan riset teknologi asal Singapura, sepanjang semester I-2022 ada sekitar 4,2 juta unit kendaraan listrik (electric vehicles/EV) yang terjual di seluruh dunia. Angka penjualan ini naik 63% dibandingkan semester I tahun lalu.

Penjualan kendaraan listrik yang tercatat di sini mencakup kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicles/BEV) dan kendaraan listrik hibrida (plug-in hybrid electric vehicles/PHEV).

Adapun Cina menjadi negara asal pembeli kendaraan listrik terbanyak, yakni sekitar 2,4 juta unit. Jumlah ini mencapai 57% dari total penjualan kendaraan listrik global di periode tersebut.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail