Imbas Pandemi, Utang Korporasi Global Bertambah Rp 14.435 Triliun

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi, uang dolar AS. Perusahaan aset manajemen asal AS Janus Henderson mencatat utang korporasi global naik US$ 1 triliun akibat pandemi corona.
Penulis: Agung Jatmiko
13/7/2020, 08.49 WIB

Pada 2014, utang korporasi global masih tercatat di angka kisaran US$ 6 triliun, dan meningkat menjadi US$ 6,5 triliun pada 2016. Angkanya semakin meningkat seiring dengan maraknya aksi merger dan akuisisi hingga 2018.

Tercatat pada 2018, utang korporasi global mencapai di kisaran US$ 7,5-8 triliun, dan meningkat menjadi US$ 8,5 triliun pada 2019. Hingga kemudian melesat US$ 1 triliun di level US$ 9,3 triliun pada 2020.

Korporasi asal Amerika Serikat (AS) tercatat membukukan utang paling tinggi, hingga setengah dari utang korporasi global, sebesar US$ 3,9 triliun. Disusul oleh korporasi asal Jerman, yang membukukan utang hingga US$ 762 miliar, dengan utang terbesar dicatatkan oleh Volkswagen, yakni sebesar US$ 192 miliar.

Meski demikian, Janus Henderson mencatat hampir seperempat korporasi global tidak mencatatkan penambahan hutang. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki cadangan kas yang besar untuk menopang operasionalnya. Salah satu contohnya adalah, Alphabet Inc., induk usaha Google.

Meyer mengatakan, pasar surat utang masih memiliki beberapa cara untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi corona, meski ancaman Covid-19 sedang berlangsung. Namun, investor sendiri masih belum banyak bergerak, karena masih mencermati lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama AS.

"Ini semua adalah resep untuk pandangan yang lebih menantang daripada yang kami kira dua bulan lalu," katanya.

(Baca: Anggaran Penanganan Corona Melonjak, Utang Pemerintah Jadi Rp 5.258 T)

Halaman: