Perusahaan Besar Dunia Hengkang dari Rusia untuk Hindari Dampak Sanksi

ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/foc/sad.
Petugas polisi memeriksa orang-orang dari mobil mencurigakan yang mereka hentikan saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut di Kyiv, Ukraina, Senin (28/2/2022).
Penulis: Happy Fajrian
1/3/2022, 08.05 WIB

Sejumlah perusahaan besar dunia seperti raksasa energi BP (Inggris) dan Shell (Belanda), bank terbesar kedua di Eropa HSBC memutuskan untuk menghentikan operasinya di Rusia seiring sanksi yang semakin ketat setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan serangan ke Ukraina.

Negara-negara barat telah menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Rusia seperti menutup wilayah udara untuk pesawat Rusia, menutup sejumlah bank Rusia dari jaringan keuangan global SWIFT, dan membatasi kemampuan Moskow untuk menggunakan cadangan devisanya sebesar US$ 630 miliar (lebih dari Rp 9.000 triliun).

Sanksi-sanksi tersebut membuat ekonomi Rusia terpukul dengan nilai tukar Rubel jatuh ke rekor terendah, sementara bank sentral menggandakan suku bunga utamanya menjadi 20%, dan pasar saham dan derivatif ditutup.

Shell pada Senin (28/2) mengatakan akan keluar dari semua operasinya di Rusia, termasuk pada kilang LNG Sakhalin 2 dimana perusahaan energi Belanda ini memegang 27,5% saham, yang 50%-nya dimiliki dan dioperasikan oleh Gazprom.

“Kami tidak bisa dan tidak akan berdiam diri. Serangan Rusia adalah tindakan agresi militer yang tidak masuk akal. Shell sedang berbicara dengan pemerintah tentang mengamankan pasokan energi ke Eropa,” kata CEO Shell, Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Selasa (1/3).

Sementara itu, raksasa energi Inggris, BP, yang merupakan investor asing terbesar Rusia mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa mereka meninggalkan 20% sahamnya di Rosneft yang dikendalikan negara dengan biaya hingga US$ 25 miliar. BP rela kehilangan separuh cadangan minyak dan gas (migas)nya.

Perusahaan energi Norwegia, Equinor juga mengatakan akan mulai mendivestasikan usaha patungannya di Rusia, mengikuti langkah ExxonMobil (Amerika Serikat) dan TotalEnergies (Prancis).

Sebagian besar ekonomi Rusia akan menjadi zona larangan bagi bank dan perusahaan keuangan Barat setelah dikeluarkan dari SWIFT, sistem pesan aman yang digunakan untuk transaksi bernilai triliunan dolar di seluruh dunia.

Lengan Eropa Sberbank, pemberi pinjaman terbesar Rusia, menghadapi kegagalan, setelah kehabisan simpanan pada Senin. Sedangkan HSBC mulai mengurangi hubungan dengan sejumlah bank Rusia termasuk bank terbesar kedua, VTB, salah satu yang menjadi sasaran sanksi SWIFT.

Bahkan Swiss yang netral mengatakan akan mengadopsi sanksi Uni Eropa dan membekukan aset beberapa individu dan perusahaan Rusia.

Beberapa perusahaan Barat menangguhkan operasi sementara yang lain menyusun rencana darurat saat mereka meninjau lanskap yang berubah dengan cepat untuk bisnis dengan Rusia.

Produsen mobil dan truk global, termasuk General Motors Co (AS) dan Daimler Truck (Jerman) pada hari Senin mengambil beberapa tindakan untuk menghindari dampak sanksi kepada Rusia. Volkswagen menangguhkan pengiriman mobil ke dealer di Rusia dan Volvo (Swedia) dan GM akan menangguhkan ekspor ke Rusia.

"Pengiriman akan dilanjutkan segera setelah dampak sanksi yang dijatuhkan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat telah diklarifikasi," kata juru bicara VW. Namun, hal itu mungkin tidak akan segera terjadi, mengingat rumitnya konflik dan proses sanksi.

"Kami kemungkinan besar berada dalam lingkungan rezim sanksi yang sangat rumit, bercabang, dan beragam selama berbulan-bulan jika tidak bertahun-tahun," kata Marcus Thompson, mitra Kirkland & Ellis yang berbasis di London.

Perusahaan pengiriman peti kemas yang berkantor pusat di Singapura, Ocean Network Express, menangguhkan pemesanan ke dan dari Rusia sementara Maersk sedang mempertimbangkan untuk melakukan hal yang sama.

United Parcel Service Inc (UPS) yang berbasis di AS dan FedEx Corp telah menghentikan pengiriman ke Rusia dan Ukraina.

Microsoft pada hari Senin mengatakan akan menghapus aplikasi seluler outlet media milik pemerintah Rusia RT dari toko Windows App-nya dan melarang iklan di media yang disponsori pemerintah Rusia.

Google telah melarang RT dan saluran Rusia lainnya menerima uang untuk iklan di situs web, aplikasi, dan video YouTube, serupa dengan langkah yang dilakukan Facebook.